Kamis 02 Jul 2020 13:29 WIB

Tutup Selama Pandemi, tak Ada Sampah Plastik di Bromo

Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak positif terhadap lingkungan di Gunung Bromo

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Gunung Bromo
Foto: Humas BB TNBTS
Gunung Bromo

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Penutupan tempat wisata Taman Nasional Bromo, Tengger, dan Semeru (TNBTS) selama pandemi Covid-19 telah memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Situasi ini telah memberikan waktu istirahat bagi Gunung Bromo dan Semeru dari hiruk-pikuk manusia.

"Yang penting ada waktunya alam Bromo bernapas (itu) dari sisi konservasinya. Kita cek semua, tanpa satupun (sampah) plastik," kata Kepala Balai Besar (BB) TNBTS, John Kennedie kepada wartawan di Kantor BB TNBTS, Kota Malang.

Di sisi lain, John tak menampik, penutupan tempat wisata telah berdampak pada pemasukan. Terakhir, pengelola memperoleh pendapatan Rp 24 miliar di 2019 melalui booking daring. Sementara di tahun ini, John belum bisa memprediksi karena tempat wisata telah ditutup cukup lama.

"Kemungkinan tipis (bisa) tercapai (pendapatan serupa di tahun lalu)," jelas John.

Dibandingkan pengelola, pelaku wisata di sekitar TNBTS justru yang paling terdampak. Lebih tepatnya seperti pemilik penginapan, pedagang asongan, travel, penyedia kuda dan sebagainya. Mereka biasanya memperoleh pendapatan sekitar Rp 596 miliar setiap tahunnya.

"Tiga bulan ditutup, (tinggal hitung) dibagi sendiri. Kalau masyarakat Tengger sekarang ini mereka bertani, tapi yang pelaku wisata lain, hotel, jeep, kuda itu sudah mulai berdampak," ucap John.

TNBTS  terletak di Kabupaten Malang, Lumajang, Pasuruan dan Probolinggo. Tempat wisata ini mulai ditutup akibat pandemi Covid-19 sejak 19 Maret 2020. Penutupan ini dilakukan dalam rangka memutus penyebaran virus corona di Jawa Timur (Jatim).

Wisata Gunung Bromo akan segera dibuka kembali di Agustus mendatang. Namun untuk waktu secara spesifik, BB TNBTS belum bisa memastikannya. Pihaknya harus terlebih dahulu berkoordinasi dengan pimpinan empat kabupaten yang membawahi TNBTS.

Sejumlah aturan telah disiapkan termasuk batasan pengunjung per harinya. Berdasarkan daya dukung, Gunung Bromo hanya diperkenankan menerima 20 persen pengunjung dari total kapasitas. Jika kondisi membaik, maka kapasitasnya akan dinaikkan menjadi 40 sampai 50 persen.

"Tapi kalau begitu dibuka saat ini dan ada kejadian, dengan sangat terpaksa akan kita tutup," kata John.

Saat ini pemesanan tiket Gunung Bromo hanya bisa menggunakan sistem daring. Berdasarkan kesepakatan, pengelola hanya mau menerima 739 pengunjung per harinya. Total kunjungan ini hanya diperuntukkan Gunung Bromo, bukan pendakian Semeru.

"Sementara ini masih wisata ke Bromo. Bromo ini yang boleh (karena) masih zona kuning. Hijau mudah-mudahan ada secepatnya. Kalaupun nanti ada zona oranye, kalau mau (nanti) dimintakan. Kami masih menunggu rekomendasi dari bupati, dan gugus tugas," jelas John.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement