jatimnow.com - Petani buah jeruk di Desa Ngembal, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan selama masa Pandemi Corona ini bak 'raja'.
Para petani tersenyum karena mereka kini tidak lagi kerepotan mencari pembeli buah jeruk. Pembeli datang sendiri langsung ke petani untuk mengambil buah jeruk yang mengandung banyak Vitamin C itu.
"Biasanya kalau musim panen seperti ini, kita cari-cari pembeli. Selama masa Virus Corona ini, malah pembeli banyak datang ke petani. Bawa harga sendiri lagi," jelas Badrus, anggota kelompok petani buah jeruk Rukun Tani Desa Ngembal, Kamis (2/7/2020).
Untuk harga, para petani mematok Rp 6 ribu per kilogram untuk pedagang. Sedangkan harga untuk pengecer, ia mematok Rp 7 ribu per kilogramnya.
"Jeruk di sini biasanya yang ngambil dari pasar-pasar di wilayah Malang. Surabaya masih belum," ujar petani jeruk yang punya lahan 1/2 hektar itu.
Salah satu petani lainnya, Supardi menjelaskan, Desa Ngembal adalah salah satu sentra buah jeruk di Kabupaten Pasuruan dengan adanya 7 kelompok petani.
Masing-masing kelompok beranggotakan 15 sampai 50 orang. Dengan varietas jeruk andalan Batu 55 atau yang di pasaran disebut jeruk keprok punten.
"Pohon jeruk itu masa produktifnya 25 tahun. Kalau pohon jeruk yang umurnya 2 sampai 4 tahun seperti ini, kalau panen per pohon mencapai 15-20 kilogram. Kalau setelah itu ya bisa lebih, buahnya juga lebih besar ukurannya," terang Supardi.
Sebagai tanaman yang berbuah semusim, jeruk memiliki keuntungan pada proses matangnya buah yang tidak sama dalam satu pohon. Sehingga saat panen tiba, petani bisa mencari harga terbaik untuk menjual hasil kebunnya.
"Saat musim panen seperti bulan Juli ini, kita jual jeruk yang memang benar-benar tua. Seminggu kita kirim, terus seminggu lagi kirim lagi. Itu kalau kondisi normal. Kalau Corona seperti ini ya para pedagang yang ke sini ambil jeruk setiap minggunya," tandas Supardi dengan tersenyum.
Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pasuruan, Lulis Irsyad Yusuf mengatakan jika pontensi jeruk di Desa Ngembal sudah ada di Tahun 1980 sampai 1990-an.
Tapi pada Tahun 1992 tanaman jeruk di desa tersebut rusak diserang hama. Kemudian sekitar Tahun 2000, geliat pertanian jeruk kembali bangkit dan menjadi potensi penambah sentra penghasil buah di Kabupaten Pasuruan.
"Ternyata jeruk hasil petani di sini sudah menembus pasar supermarket. Ini harus kita optimalkan dengan dibantu balai penelitian jeruk dan buah subtropika untuk pemeliharaan dan kelanjutan di Kabupaten Pasuruan," kata Lulis.