REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dua mantan pemain tim junior Chelsea menyatakan masih berjuang dalam mengusut kasus rasisme di dalam klub ketika mereka masih berseragam The Blues medio 1990-an.
Tak ingin menyebutkan nama, mereka adalah dua dari empat pemain yang membawa kasus ini ke pengadilan setempat. Mereka menyebut, kasus rasisme di Chelsea membuat karier dan hidup mereka hancur.
Perilaku rasisme diduga dilakukan oleh mantan pelatih sekaligus direktur akademi, Gwyn Williams. Ia meninggalkan Chelsea pada 2006 dan membantah seluruh tuduhan rasisme terhadap para pemain.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC Sport, kedua pemain tersebut menyebut rasisme yang dialami mereka di Chelsea termasuk dalam kategori parah. Selain itu, mereka mengatakan pihak klub pun abai menanggapi hal itu.
Salah satu pemain menyampaikan, ia pernah dirisak oleh Williams yang menyuruhnya menunjukkan alat kelamin. "Ini benar-benar menjijikan. Chelsea punya kesempatan menghentikannya namun saya tidak melihat apa-apa. Kami tidak mendapat pernyataan maaf sama sekali," kata salah satu pemain itu, seperti dilansir BBC Sport, Kamis (2/7).
"Tidak ada perubahan dari 25 hingga 30 tahun lalu ketika kami di sana. Kami masih mendengar hal serupa dan kami akan melawannya," ujar dia.
Seorang juru bicara Chelsea membantah tudingan tersebut. Ia menyatakan, klub berkomitmen untuk melindungi penyintas terhadap diskriminasi dan kekerasan yang dialami.
"Kami adalah organisasi antirasis. Kami berkomitmen penuh mengusir rasisme saat ini dan di masa depan," ujar sang juru bicara.