Kamis 02 Jul 2020 16:35 WIB

Foto Anak di Atas Mayat Kakek Picu Protes Besar di Kashmir

Pasukan keamanan dianggap bertanggung jawab atas pembunuhan seorang kakek di Kashmir

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Tentara Pasukan Keamanan Perbatasan menjaga pos penjagaan sementara saat jam malam di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Rabu (7/8).
Foto: AP Photo/Dar Yasin
Tentara Pasukan Keamanan Perbatasan menjaga pos penjagaan sementara saat jam malam di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Rabu (7/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Sebuah foto yang beredar luas di jagat maya memperlihatkan seorang anak berusia tiga tahun duduk di atas mayat kakeknya yang tewas dalam baku tembak di Sopore, Kashmir yang dikelola India. Foto itu pun membangkitkan kemarahan di wilayah mayoritas muslim, dengan keluarga almarhum menuduh pasukan keamanan membunuh kakek berusia 65 tahun itu.

"Adik saya bukan seorang militan. Dia tidak membawa pistol. Kenapa dia terbunuh," ujar Nazir Ahmad, saudara laki-laki korban Bashir Ahmed Khan dikutip laman Aljazirah, Kamis (2/7).

Baca Juga

"Jika Anda mau, saya bisa ikut dengan Anda untuk bertemu dengan perwira polisi top untuk melawan klaim mereka," ujarnya.

Polisi menolak tuduhan keluarganya tersebut. Pihak kepolisian mengatakan, kendaraan yang dikendarai warga sipil terperangkap dalam baku tembak antara pemberontak dan pasukan keamanan.

Inspektur jenderal polisi di Kashmir, Vijay Kumar mengatakan kepada wartawan, bahwa pemberontak menembaki pasukan keamanan dari sebuah masjid di kota utara Sopore yang memicu pertempuran senjata pada Rabu lalu. Kumar mengatakan, seorang pejabat keamanan tewas dan tiga lainnya cedera.

"Keluarga sedang ditekan oleh militan untuk menyalahkan pasukan keamanan," kata Kumar. Namun, keluarga korban terus memperdebatkan klaim polisi.

Putra Khan, Suhail Ahmad mengakui mendapatkan telepon bahwa ayahnya mengalami kecelakaan. "Ketika kami sampai di Sopore, kami diberitahu bahwa ia terbunuh dalam baku tembak. Jika itu adalah baku tembak, tubuhnya seharusnya ada di dalam mobil, tetapi dia malah ditemukan di jalan," ujarnya.

Keponakan Khan, Aijaz Ahmad Qudsi mengatakan kepada kantor berita Anadolu Agency bahwa mobil pamannya yang sudah meninggal tidak rusak, bahkan tanpa goresan. Qudsi mengklaim pria berusia 65 tahun itu dipaksa keluar dari mobilnya dan kemudian ditembak oleh angkatan bersenjata.

Anggota keluarga Khan juga menuduh pasukan keamanan telah menempatkan anak itu di tubuh warga sipil yang telah meninggal dengan sengaja untuk mengambil gambar. "Mereka menyeret tubuhnya keluar dan meletakkan anak itu di atasnya. Pakaian anak itu basah oleh darah kakeknya," salah satu kerabat Khan mengaku.

Keluarga Khan mengatakan, Khan adalah karyawan kecil berpenghasilan 80 dolar AS per bulan. Setelah kematiannya, foto balita yang tergeletak di tubuh kakeknya yang sudah meninggal itu secara luas dibagikan di media sosial.

Seorang juru bicara Partai nasionalis Hindu yang berkuasa di India, Bharatiya Janata Party (BJP) menghadapi kritik karena mencemooh foto warga sipil yang tewas. Sambit Patra mentweet foto itu dengan komentar "Pulitzer Lovers?" Para pemimpin BJP, termasuk Patra, telah mengkritik Hadiah Pulitzer yang diberikan kepada wartawan Kashmir pada Mei.

Ratusan orang di Kashmir melakukan protes pada Rabu setelah pembunuhan terjadi. Setelahnya ratusan orang berkumpul di pemakaman Khan di dekat Srinagar sambil berteriak "Kami menginginkan kebebasan (dari pemerintahan India)".

Pasukan pemerintah telah meningkatkan operasi terhadap pemberontak sejak kebijakan lockdown virus corona baru sejak Maret. Menurut Koalisi Masyarakat Sipil Jammu Kashmir (JKCCS), sebuah kelompok hak asasi manusia, sejak Januari, sekurangnya 229 orang telah tewas selama lebih dari 100 operasi militer di Kashmir, termasuk 32 warga sipil, 54 pasukan pemerintah dan 143 pemberontak.

Selama beberapa dekade, kelompok-kelompok pemberontak telah berjuang untuk kemerdekaan kawasan itu atau bergabung dengan Pakistan. Sejak 1989, pertempuran telah menewaskan puluhan ribu orang, sebagian besar warga sipil.

India memiliki lebih dari 500 ribu tentara yang ditempatkan di Kashmir, wilayah Himalaya yang juga diklaim oleh Pakistan. India menuduh Pakistan mempersenjatai dan melatih pemberontak. Namun, Islamabad membantah tuduhan itu. India dan Pakistan telah bersinggungan dua dari tiga kali perang mereka atas Kashmir, sebuah wilayah yang keduanya mengklaim secara keseluruhan tetapi memerintah sebagian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement