Kamis 02 Jul 2020 20:33 WIB

Nasdem: 'Kemarahan' Jokowi Belum Tentu Berujung Reshuffle

Nasdem menilai kemarahan Jokowi belum tentu berujung reshuffle.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Bayu Hermawan
Presiden Joko Widodo
Foto: ANTARA /Sigid Kurniawan
Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali menyebut kemarahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang disiarkan lewat video beberapa lalu belum tentu berujung pada reshuffle kabinet. Menurutnya, apa yang disampaikan Jokowi untuk memacu kinerja menterinya.

"Orang berspekulasi kemarahan Jokowi itu akan berujung reshuffle, padahal Pak Jokowi ini kan manusia biasa, bisa marah bisa sedih ya macam macamlah. Bagi saya melihat itu sesuatu yang manusiawi," kata Ahmad Ali saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (2/7).

Baca Juga

Apa yang disampaikan Jokowi, kata Ahamd Ali merupakan cara Jokowi untuk meningkatkan kinerja para menteri di kabinetnya. Kondisi Pandemi Covid-19 ini dinilainya memaksa seluruh menteri untuk memenuhi ekspektasi masyarakat saat ini.

"Kalau saya belum melihat itu ancaman. Itu hanya bentuk ekspresi Pak Jokowi menyatukan cara pandang menteri. Mengajak menteri bekerja dengan hati sehingga ada tanggung jawab di sana," ujarnya.

"Ketika persepsinya tidak sama maka akan sangat sulit untuk kita memaksimalkan itu. Maka president jauh jauh hari stressing secara ketat. Tapi apakah itu bentuk tekanan itu menurut saya yang tahu hanya presiden dan Tuhan," lanjut Ahmad Ali.

Namun, lanjut Ali, apabila yang disampaikan Jokowi memang ancaman reshuffle, Ali pun menilai hal tersebut tak ada salahnya. Sebab, Reshuffle merupakan hak prerogatif presiden. "Kalau ditanya apakah ini waktu yang tepat ya tidak ada yang tahu, dia yang tau kebutuhan pembantunya," ujarnya.

Posisi Nasdem, tambah Ali mempersiapkan pada Jokowi untuk mengatur formasi kabinetnya. Jokowi tidak memilki kewajiban apa apa untuk memberitahu partai pendukung untuk melakukan reshuffle atau tidak.

"Kalau kemudian pak Presiden minta pendapat dari Nasdem, tentunya pak Ketua Umum Partai akan memberikan masukan. Itu saja," katanya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai mengeluarkan wacana reshuffle atau perombakan kabinet. Ancaman reshuffle ditujukan kepada menteri-menteri yang dianggap tidak bisa bekerja cepat dan 'extraordinary' dalam penanganan pandemi Covid-19. Penanganan yang dimaksud tak hanya dari aspek kesehatan, namun juga kaitannya dalam perekonomian, dan penyaluran bantuan sosial.

Tak hanya merombak kabinet, Jokowi juga menyatakan kemungkinan adanya pembubaran lembaga. Namun ia tak menjelaskan lembaga seperti apa yang berpotensi untuk dibubarkan.

Pernyataan Jokowi soal perombakan kabinet ini disampaikan dalam sambutan Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Kamis (18/6) lalu. Saat itu sidang kabinet berlangsung tertutup dan tidak bisa diliput media. Baru pada Ahad (28/6) petang ini, video sambutan Presiden Jokowi dalam sidang kabinet tersebut diunggah pihak Istana Kepresidenan di media sosial.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement