Kamis 02 Jul 2020 23:57 WIB

BNPT Harap Masyarakat Bantu Korban Terorisme

Boy Rafli menjelaskan upaya pemulihan korban tidak dapat dilakukan sendiri oleh BNPT.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar mengharapkan masyarakat, baik itu dari yayasan ataupun civil society, bisa turut berperan aktif dan berkontribusi dalam membantu pemulihan para korban (penyintas) dari tindak pidana aksi terorisme. “Kita tahu, BNPT memiliki program dan LPSK juga memiliki program, tetapi memiliki keterbatasan," kata Boy Rafli pada acara silaturahmi bersama para penyintas terorisme yang diselenggarakan Sub Direktorat Pemulihan Korban BNPT di Jakarta, Kamis (2/7).

Dalam kesempatan acara yang dihadiri perwakilan penyintas terorisme ini, Boy Rafli mengajak kontribusi dan peran aktif masyarakat dalam melakukan pemulihan terhadap para penyintas yang berada di luar program yang sudah direncanakan BNPT dan LPSK. "Kita sebagai fasilitator, juga mencoba mengakomodir respon kepedulian dari civil society atau yayasan,” kata Boy Rafli Amar dalam keterangan tertulisnya.

Baca Juga

Boy Rafli menjelaskan upaya pemulihan korban tentunya tidak dapat dilakukan sendiri oleh BNPT. Selama ini BNPT juga harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain, dalam hal ini Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), sehingga upaya pemulihan korban terorisme ini bisa lebih maksimal.

"BNPT terus bekerjasa sama dengan LPSK, ini merupakan kerja sama yang berkelanjutan. Ke depan BNPT akan terus bekerjasama dengan LPSK, dengan segala keterbatasan yang ada, tentunya akan kita maksimalkan,” kata mantan wakil kepala Lembaga Pendidikan dan Latihan (Waka Lemdiklat) Polri ini.

Dalam acara yang dikemas dalam bentuk "talk show" tersebut, mantan Kapolda Papua ini pun berharap agar upaya pemulihan korban dari aksi terorisme ini tetap berjalan dengan baik. Ia menegaskan kalau hal ini menunjukkan bahwa negara hadir dan peduli terhadap para korban dari aksi terorisme. Ia pun berharap kepedulian masyarakat pun akan terus berdatangan.

“Pesan yang ingin kami sampaikan, pertama untuk teman-teman penyintas, tentu menjadi kepedulian kita semua, tidak hanya dari unsur negara saja, tapi juga dari masyarakat, dengan demikian upaya pemulihan para korban ini akan terus berjalan,” kata mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.

Dalam kesempatan tersebut alumni Akpol tahun 1988 ini kembali menegaskan BNPT sebagai lembaga yang mengkoordinatori penanggulangan terorisme, tidak hanya terpaku pada upaya pencegahan tindak terorisme saja. BNPT juga berkewajiban dalam memberikan pemulihan terhadap korban-korban dari aksi terorisme sebagaimana yang telah diamanatkan Undang-Undang No. 5 Tahun 2018.

“Undang-undang mengamanatkan, kalau negara peduli kepada para penyintas, Undang-undang mengamanatkan kepada BNPT agar penyintas mendapatkan dukungan moril dan perhatian khusus,” ungkap mantan kapolda Banten ini.

Sementara itu dalam kesempatan tersebut Vivi Normasari selaku korban bom yang terjadi di Hotel JW. Marriot pada 2003 silam mengaku bersyukur dengan kehadiran BNPT maupun LPSK dalam memperhatikan para korban tindak pidana terorisme. Dia menyebut yang dibutuhkan para penyintas utamanya kebutuhan medis maupun pemulihan psikologis bagi para penyintas, dan selama ini hampir semuanya bisa terpenuhi.

"Alhamdulillah, semakin tahun semakin baik untuk para penyintas terorisme di Indonesia ini. Karena perhatian yang begitu besar dari kedua lembaga, baik dari BNPT dan LPSK selama ini sudah hampir memenuhi kebutuhan dari para penyintas, terutama dari kebutuhan medis, layanan psikososial dan psikologi," katanya.

Vivi berharap ke depannya layanan tersebut tetap dapat dirasakan dan terus dapat diterima. Para perwakilan korban yang hadir dalam silaturahmi tersebut adalah para korban dari aksi terorisme pengeboman di Hotel JW Marriot tahun 2003, bom Kedutaan Besar Australia tahun 2004, bom Jalan MH Thamrin tahun 2016 dan bom Terminal Kampung Melayu tahun 2017.

Dalam kegiatan ini tampak hadir pula dua Komisioner LPSK, yakni Brigjen (Purn) Achmadi dan Susilaningtias. Sementara para pejabat BNPT yang turut hadir yakni Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis, Deputi II bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Irjen Pol Drs Budiono Sandi M Hum, Deputi III bidang Kerja Sama Intenasional Andika Chrisnayudanto SIP SH MA, Direktur Pelindungan Brigjen Pol Drs Herwan Chaidir, Direktur Penegakkan Hukum Brigjen Pol Eddy Hartono SIk MH serta Direktur Deradikalisasi Prof Dr Irfan Idris MA.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement