REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Muslim di Montreal, Kanada menginisiasi perubahan nama Lionel Groulx yang digunakan untuk stasiun kota. Groulx dianggap pemuka agama Katolik yang mendukung fasisme.
Gerakan pengubahan nama stasiun Lionel Groulx sudah ditandatangi 18 ribu orang secara daring sejak diluncurkan pada pertengahan Juni. Gerakan ini lahir sebagai buah dari pergerakan mendukung warga kulit hitam atau Black Lives Matter Movement.
"Seharusnya tidak ada monumen atau tempat peringatan bagi orang yang percaya dengan ideologi memuakan seperti fasisme," kata inisiator aksi Naveed Hussain dilansir dari Time of Israel pada Kamis (2/7).
Hussain menyarankan agar stasiun menggunakan nama Oscar Peterson selaku pianis jazz berkulit hitam terkenal. Peterson juga seorang pria yang tumbuh besar di lingkungan Montreal.
"Tidak ada orang yang pantas menjadi nama stasiun di Montreal jika hanya melihat warna kulit. Tapi saya percaya kita harus menghargai individu yang membawa keterkenalan bagi kota ini," ujar Muslim yang berprofesi sebagai perawat itu.
Stasiun Lionel Groulx terletak di jantung kota Montreal yang dilalui ribuan orang setiap harinya. Groulx dikenal sebagai Bapak Nasional Kanada keturunan Prancis pada 1920-1930, namun sejarawan Esther Delisle mengungkap Groulx ialah sosok anti imigran.
"Dia adalah fasis, dia bilang sendiri seperti itu. Saya ragu idealisme berubah. Dia menyimpan idealismenya selama perang dunia karena Kanada perang dengan Jerman," ucap Delisle.