REPUBLIKA.CO.ID, BOVEN DIGOEL -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua mengeklaim, penambang emas yang dikelola masyarakat lokal di wilayah Korowai, khususnya di Kampung Kawe, Distrik Kawinggon, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua susah terpapar Covid-19
"Kami sudah ke lokasi Mining 33 salah lokasi penambang emas di Korowai untuk lakukan tes cepat Covid-19. Saya lihat, penyebaran corona di lokasi agak susah diderita oleh penambang emas di Korowai, karena sehari-hari mereka bekerja di bawah terik panas matahari," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Papua, dr Aaron Rumainum di Kabupaten Boven Digoel, Kamis (3/7).
Menurut dia, jika terkena panas matahari setiap hari maka warga penambang emas mendapat tambahan vitamin D serta kebanyakan penambang tidur di ruang terbuka. Ada kamp, tetapi udara masuk dari mana-mana.
"Karena mereka bekerja di bawah panas matahari, maka susah terkena corona. Kalaupun terpapar Covid-19, mereka tidak akan mati. Kalau dikatakan pusat Covid-19 tidak bisa karena mereka kebal sekali, fisik mereka lebih kuat," ujar Aaron.
Menurut dia, penambang lebih kuat fisiknya dari tenaga medis yang bertugas di kampung-kampung, karena penambang bisa membawa barang dan jalan kaki selama tiga sampai empat jam.
Aaron menyebutkan, jika penambagan emas yang dikelola oleh warga Korowai dibandingkan dengan PT Freeport Indonesia yang bekerja di bawah tanah yang dingin sehingga mereka mudah terkena Covid-19.
Tetapi penambang emas di Korowai, sambung dia, fisiknya kuat. Mereka biasanya memikul barang jalan kaki naik turun gunung, bisa satu menit, bisa juga satu jam. "Belum lagi yang ojek atau orang yang menggunakan jasanya untuk mengangkut barang, pokoknya kita butuh fisik yang kuat untuk hidup di wilayah itu," kata Aaron.
Dia menambahkan, kondisi fisik penambang emas di Korowai bisa kalah apabila terkena malaria dan kaki gajah atau filariasis.