REPUBLIKA.CO.ID, FRANKFURT — Vaksin untuk infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi asal Jerman, BioNTech bersama dengan raksasa farmasi Amerika Serikat (AS) telah menunjukkan potensi. Vaksin mereka terbukti dapat ditoleransi dengan baik dalam tahap awal uji coba kepada manusia.
Vaksin ini menjadi salah satu dari 17 yang telah diuji pada manusia sebagai upaya untuk mengatasi pandemi Covid-19 yang tercatat telah berdampak terhadap 10,5 juta orang. Tak hanya itu, sejak wabah virus pertama kali ditemukan pada akhir tahun lalu, lebih dari setengah juta orang Texas, AS.
Pengobatan potensial untuk Covid-19 kali ini sedang memasuki tahap awal keempat, yang menunjukkan harapan dalam pengujian manusia. Dilansir Times Now News, proyek ini juga melibatkan sejumlah perusahaan farmasi lainnya, seperti Moderna, CanSino Biologics, dan Inovio Pharmaceuticals.
BioNTech mengatakan, pengujian dua dosis obat BNT162b1 pada 24 sukarelawan sehat menunjukkan bahwa setelah 28 hari, mereka mengembangkan tingkat antibodi Covid-19 yang lebih tinggi daripada yang biasanya terlihat pada orang yang terinfeksi.
Semakin tinggi dari dua dosis kemudian diberikan melalui dua suntikan dalam waktu tiga pekan satu sama lain, diikuti oleh demam pendek pada tiga dari empat peserta setelah suntikan kedua. Dosis ketiga, diuji pada konsentrasi yang lebih tinggi dalam kelompok yang terpisah, tidak diulang setelah suntikan pertama karena nyeri injeksi.
"Hasil uji coba pertama ini menunjukkan bahwa vaksin menghasilkan aktivitas kekebalan dan menyebabkan respons kekebalan yang kuat," ujar Ugur Sahin, salah satu pendiri dan CEO BioNTech.
Sahin lebih lanjut mengatakan, uji coba yang lebih besar sedang dipersiapkan untuk menunjukkan apakah ini berarti perlindungan terhadap infeksi nyata. Belum ada vaksin Covid-19 yang disetujui untuk penggunaan komersial.
Sebuah analisis Institut Teknologi Massachusetts tahun lalu menemukan bahwa sekitar satu dari tiga vaksin pada tahap pertama pengujian kemudian mendapatkan persetujuan. BioNTech, yang terdaftar di Nasdaq AS pada Oktober 2019, memperlihatkan bahwa data menunjukkan BNT162b1 dapat diberikan dalam dosis yang dapat ditoleransi dengan baik, dengan hanya efek samping sementara.
Uji coba vaksin tahap awal pada manusia dirancang untuk mengukur antibodi tertentu dan penanda kekebalan lain dalam darah sebagai indikator kesiapan tubuh untuk melawan infeksi yang kemudian membutuhkan validasi lebih lanjut. Industri farmasi ingin sekali meluncurkan percobaan tindak lanjut yang lebih besar untuk melihat bagaimana peserta yang divaksinasi bereaksi terhadap infeksi nyata virus corona jenis baru dalam periode yang lebih lama.
BioNTech dan Pfizer saat ini akan memilih dari empat vaksin eksperimental yang paling menjanjikan untuk percobaan yang melibatkan hingga 30 ribu peserta uji coba yang sehat, yang kemungkinan akan dimulai di Amerika Serikat dan Eropa pada akhir Juli. Itu jika mereka mendapat persetujuan dari peraturan.
Andaikan akhirnya mendapat persetujuan pemasaran, perusahaan bersiap untuk membuat hingga 100 juta dosis pada akhir 2020 dan 1,2 miliar dosis lainnya pada akhir 2021 di Jerman dan AS. Hasil dari pengujian tahap awal dari tiga vaksin potensial BioNTech lainnya belum dipublikasikan.
Sementara itu, naskah dengan data awal dari uji klinis, yang diluncurkan pada bulan April dan Mei, sedang dalam tinjauan sejawat untuk publikasi dalam jurnal ilmiah.