Jumat 03 Jul 2020 10:23 WIB

Panglima: Keluarga Besar TNI Kehilangan Prajurit Terbaik

Panglima TNI hari ini memimpin pelepasan jenazah Pelda Anumerta Rama.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andri Saubani
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Foto: Puspen TNI
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, melepas jenazah Pelda Anumerta Rama Wahyudi sebelum diterbangkan ke kampung halamannya. Hadi mengatakan, TNI merasa kehilangan seorang prajurit terbaiknya.

"Jenazah Pelda Anumerta Rama akan diterima keluarganya dan kami seluruh keluarga besar anggota TNI merasa kehilangan seorang prajurit terbaik pada misi perdamaian, misi kemanusiaan," ungkap Hadi di Skuadron Udara 17, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (3/7).

Baca Juga

Terkait dengan misi PBB Monusco, Hadi menjelaskan, misi tersebut tetap dilaksanakan. Menurutnya, TNI juga akan melaksanakan evaluasi atas kejadian yang menyebabkan gugurnya Pelda Anumerta Rama tersebut. Dia berhadap, ke depan tidak kembali terjadi kejadian serupa.

"Mudah-mudahan ke depan tidak ada kejadian serupa dan misi PBB Monusco dapat berjalan dengan baik sesuai dengan program dari PBB," kata dia.

Almarhum merupakan anggota TNI yang menjadi bagian dalam Satgas Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco yang bertugas di wilayah Republik Demokratik Kongo, Afrika. Saat bertugas, Pelda Anumerta Rama dan rombongan mendapatkan serangan dari kelompok bersenjata.

"Serma Rama Wahyudi sudah tidak sadarkan diri kemudian milisi merampok seluruh perlengkapan perorangan mulai dari senjatanya kemudian vest jaket, helm. Pengamanannya diambil semuanya oleh milisi," ujar Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI, Mayjen Victor Hasudungan Simatupang, dalam konferensi pers di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (26/6).

Victor menjelaskan, kejadian tersebut berawal ketika Serma Rama sebagai komandan tim melakukan tugas pergeseran pasukan dan dukungan logistik di wilayah Halulu, Kongo. Perjalanan dimulai sekira pukul 08.10 waktu setempat dan tiba di tempat tujuan dalam keadaan aman.

Ada 12 anggota TNI yang mendukung tugas tersebut dan dua orang prajurit dari Malawi. Sekitar pukul 13.00 waktu setempat, rombongan tersebut sudah tiba di Halulu untuk melaksanakan perbaikan-perbaikan. Pukul 16.00 waktu setempat, mereka kembali ke Mavivi, Kongo.

"(Dalam perjalanan) mereka ditembus oleh milisi dari Uganda yang masuk ke wilayah Kongo. Anggota kita diserang mengakibatkan Serma Rama mengalami luka tembak di dada dan perut," jelas Victor.

Saat penembakan terjadi, prajurit yang ada di rombongan tersebut melarikan diri dengan turun dari kendaraan dan berlindung ke roda truk. Mereka merayap menuju ke belakang APC pengawal bersama-sama dengan dua personel tentara Malawi.

"Tentara Malawi bisa menggunakan bahasa lokal dan membuka APC. Kalau mereka menggunakan bahasa Inggris kemungkinan tidak dibuka. Jadi APC berhasil dibuka, masuk ke dalamnya. Setelah itu dihitung jumlahnya, tahu-tahu masih ada ketinggalan Serma Rama Wahyudi," kata dia.

Saat itu, anggota TNI yang berada di dalam APC berteriak untuk meminta komandan timnya tersebut dijemput. Serma Rama tidak dapat melarikan diri karena sudah terkena luka tembak akibat serangan tersebut. Namun, dalam waktu 10 menit, Serma Rama sudah tidak sadarkan diri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement