Jumat 03 Jul 2020 12:11 WIB

Publik Palestina Beda Pandangan Soal Bersatunya Hamas-Fatah

Fatah dan Hamas berjanji bersatu menentang rencana pencaplokan Tepi Barat

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
 Warga Palestina di Gaza City, Kamis (12/10), menyambut gembira kesepakatan rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah. Fatah dan Hamas berjanji bersatu menentang rencana pencaplokan Tepi Barat. Ilustrasi.
Foto: AP/Khalil Hamra
Warga Palestina di Gaza City, Kamis (12/10), menyambut gembira kesepakatan rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah. Fatah dan Hamas berjanji bersatu menentang rencana pencaplokan Tepi Barat. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY - - Wakil kepala biro politik Hamas, Saleh Al-Arouri, bersama pejabat senior Fatah, Jibril Rajoub, mengumumkan keputusan untuk bersatu menanggapi masalah aneksasi yang dilakukan Isarel. Kedua kelompok yang bersaing ingin melakukan pertemuan virtual untuk menyampaikan upaya yang akan dilakukan bersama-sama.

Kantor Berita Palestina menerbitkan laporan tentang pertemuan yang diadakan oleh Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, dengan Rajoub di Ramallah pada Rabu (1/7). Pertemuan ini untuk menunjukkan dukungan bagi upaya Rajoub untuk mendekati Hamas.

Baca Juga

Publik Palestina menyatakan pandangan berbeda tentang pemulihan hubungan antara kedua rival tersebut. Beberapa memuji langkah itu dan yang lain menunjukkan pesimisme.

“Kami telah hidup melalui sengketa politik sejak awal. Ada banyak upaya rekonsiliasi. Kenapa harus bekerja sekarang?" kata warga Palestina, Mahmoud Aidiya menanggapi dengan positif, tetapi merasa tidak optimistis.

Jalur Gaza telah mengalami resesi ekonomi selama bertahun-tahun, yang meningkat dengan krisis Covid-19. Sementara ancaman dari faksi-faksi Palestina untuk meningkatkan kekerasan terhadap Israel telah berlipat ganda sejak rencana aneksasi diumumkan secara resmi.

“Saya tidak berpikir rekonsiliasi akan meningkatkan kondisi saat ini di Jalur Gaza. Kami telah hidup dalam situasi ini selama bertahun-tahun," ujar Ghadeer Akram.

Pria berusia 26 tahun ini menyatakan, Fatah dan Hamas tidak memiliki niat rekonsiliasi. Banyak warga yang tidak mempercayai mereka dan harus menghadapi kenyataan sesungguhnya.

Kedua kelompok telah gagal mencapai rekonsiliasi selama 13 tahun sejak perpisahan politik. Bahkan setelah menandatangani lebih dari satu perjanjian untuk tujuan ini, yang terakhir adalah di Kairo, pada 2017.

Al-Arouri yang berada di Beirut dan Rajoub dari Ramallah, menyatakan upaya bersama melawan rencana Israel yang didukung Amerika Serikat (AS) untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat dan Lembah Yordan. "Kami akan membuka halaman baru dan menyajikan model bagi orang-orang kami, keluarga dan para martir," ujar Rajoub.

Rajoub menjelaskan bahwa langkah-langkah akan disepakati untuk mengadakan pemilihan umum dan menghormati hasilnya. Sementara itu, Al-Arouri  setuju dengan yang disampaikan oleh lawan politiknya.

Al-Arouri mengatakan, meskipun kedua organisasi sering berselisih, mereka tidak berbeda dalam menghadapi pekerjaan dan rencana menanggapi aneksasi yang akan dilakukan Israel.

"Kita harus mengatasi perbedaan kita ... untuk kepentingan perjanjian strategis dan mendasar berkaitan dengan masalah eksistensial pendudukan," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement