REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berupaya mendorong program pemulihan ekonomi nasional melalui penyaluran dana pemerintah sebesar Rp 30 triliun dalam bentuk pemberian kredit. Adapun penetrasi kredit Bank Mandiri mendapatkan dana negara sebesar Rp 10 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan nantinya penempatan dana Rp 10 triliun akan disalurkan kredit ke sektor riil. “Perseroan memiliki bisnis inti pada segmen korporasi. Namun, bukan berarti Bank Mandiri tidak menyalurkan kredit ke segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” ujarnya kepada wartawan, Jumat (3/7).
Menurutnya perseroan telah mempersiapkan penetrasi kredit setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai daerah dilonggarkan dengan tetap menjaga protokol kesehatan. “Pelonggaran dari kepala daerah men-trigger kami untuk penetrasi ke depan. Perdagangan dan hotel menjadi prioritas kami,” ucapnya.
Berdasarkan alokasi per segmen, kredit segmen mikro dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 6 triliun, segmen mikro-KSM sebesar Rp 1 triliun, segmen UKM sebesar Rp 6 triliun, komersial Rp 4 triliun dan korporasi sebesar Rp 4 triliun. Adapun total penyalurannya sebesar Rp 21 triliun dalam tiga bulan dan akan meningkat hingga akhir tahun.
“Sampai Desember, kalau tidak ada perubahan, bisa sampai Rp 40 triliun lebih," ucapnya.
Pada tahun ini Bank Mandiri merevisi rencana bisnis bank (RBB), khususnya untuk pertumbuhan kredit. Sebab target awal sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini.
"Revisi, kami coba untuk positif pertumbuhannya pada tahun ini, besarnya saya tidak mau muluk-muluk, 1 persen sampai 2 persen saja sudah bagus," ucapnya.
Pada awal 2020, Bank Mandiri memproyeksikan pertumbuhan kredit 8-10 persen (yoy) tahun ini. Sedangkan pertumbuhan kredit pada 2019 mencapai 10,65 persen (yoy).