Jumat 03 Jul 2020 16:40 WIB

Masalah Israel-Palestina Harus Diselesaikan Lewat Negosisasi

India mengatakan masalah Israel-Palestina harus diselesaikan melalui negosiasi

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Tentara Israel menjaga stasiun bus di persimpangan Tapuach di sebelah kota Nablus, Tepi Barat, Selasa, 30 Juni 2020. India mengatakan masalah Israel-Palestina harus diselesaikan melalui negosiasi. Ilustrasi.
Foto: AP / Oded Balilty
Tentara Israel menjaga stasiun bus di persimpangan Tapuach di sebelah kota Nablus, Tepi Barat, Selasa, 30 Juni 2020. India mengatakan masalah Israel-Palestina harus diselesaikan melalui negosiasi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pemerintah India mengatakan masalah status final dan konflik Israel-Palestina harus diselesaikan melalui negosiasi. India mendesak kedua belah pihak kembali ke jalur perundingan.

"Posisi kami dalam hal ini sangat jelas dan saya ingin menegaskan kembali bahwa masalah status final harus diselesaikan melalui negosiasi langsung antara kedua pihak," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India Anurag Srivastava dikutip laman Anadolu Agency.

Baca Juga

Hal itu disampaikan India menyusul rencana Israel mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat yang diduduki. "Kami mendesak para pihak untuk terlibat satu sama lain dan menemukan solusi dua negara yang dapat diterima untuk hidup berdampingan secara damai," kata Kementerian Luar Negeri India.

Pencaplokan sebagian wilayah Tepi Barat rencananya dilakukan pada Rabu (1/7) lalu. Namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memutuskan menunda pelaksanaannya. Amerika Serikat (AS) selaku pendukung rencana pencaplokan dilaporkan belum bisa menerima skema yang disiapkan Israel terkait aneksasi Tepi Barat.

Di sisi lain, terdapat keretakan di tubuh pemerintahan Netanyahu, khususnya dengan Ketua Blue and White Party Benny Gantz yang saat ini menjabat sebagai menteri pertahanan Israel. Gantz menghendaki agar keputusan politik yang dibuat saat ini diprioritaskan untuk penanganan pandemi Covid-19 beserta efek sosial-ekonominya.

Meski saat ini menjabat sebagai menteri pertahanan, Gantz nantinya akan menggantikan Netanyahu sebagai perdana menteri. Kedua tokoh itu membentuk pemerintahan koalisi dengan kesepakatan pembagian masa jabatan perdana menteri.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement