REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Massa aksi tolak pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Ajaran 2020/2020 di Provinsi DKI Jakarta membubarkan diri setelah menyalurkan aspirasinya di Taman Aspirasi, Monas, seberang Istana Merdeka Jakarta, Jumat (3/7). Massa berharap aspirasi mereka didengar, atau mereka mengancam akan kembali melakukan aksi unjuk rasa.
Massa memulai aksinya pukul 14.00 WIB. Setelah berorasi selama kurang satu jam setengah, massa yang didominasi ibu-ibu itu membubarkan diri secara tertib sekitar pukul 16.45 WIB.
Aksi massa sempat diwarnai ketegangan dengan petugas Kepolisian saat hendak merangsek dari Taman Aspirasi menuju Balaikota DKI Jakarta. Massa marah saat polisi menghadang perjalanan mereka yang ingin pindah berorasi di Balaikota Jakarta.
Ketegangan terjadi selama beberapa menit saat salah satu orator dengan yang emosi ditahan oleh polisi. Selain itu, ibu-ibu massa aksi mencoba menahan diri agar tidak terpancing meminta polisi memberi jalan untuk mereka bergerak ke Balaikota. Polisi tetap menahan massa tidak meninggalkan Taman Aspirasi karena sesuai izin administrasi, aksi hanya dilakukan di satu lokasi tersebut.
Agung selaku orator aksi menyatakan permintaan maafnya karena emosi saat penghadangan terjadi dan menyadari bahwa mereka menyalahi administrasi bila tetap memaksa pergi.
"Kami akui kami salah secara administrasi, karena izin aksi hanya di Taman Aspirasi, tadi itu karena saya emosi karena sudah capek berjuang, mana anak-anak juga susah tidak dapat sekolah, jadi terbawa emosi saja," kata Agung.
Dalam orasinya, massa menuntut pelaksanaan PPDB DKI Jakarta Tahun 2020 dibatalkan. Para orang tua murid merasa dirugikan dengan jalur zonasi yang menggunakan batasan umur. Massa mengancam apabila aspirasi mereka tidak dipenuhi akan melakukan aksi lanjutan Senin (6/7) di Balai Kota Jakarta agar suara mereka didengarkan.
Menurut Rudi S (koordinator lapangan), ada sekitar 12 ribu anak di DKI Jakarta yang terdampak PPDB 2020 tidak bisa mengakses sekolah negeri. Pihaknya mencatat jumlah SMA Negeri di Jakarta hanya ada 115 sekolah, sedangkan SMNNegeri ada sekitar 260 sekolah. Sementara 100 persen siswa SMA dan SMK lulus semua selama 2020.