REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan keistimewaan di hari kiamat nanti. Tujuh golongan ini, adalah mereka yang mendapatkan naungan Allah SWT yang mampu melindungi mereka dari sengatan matahari.
Diriwayatkan oleh Abu Huraira ra, dari Nabi sallallaahu 'alaihi wa sallam, bersabda:
"Ada tujuh orang yang akan Allah naungi di Naungan-Nya pada Hari ketika tidak ada naungan kecuali Naungan-Nya; seorang pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Agung, seorang pria yang hatinya melekat pada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak berzina oleh wanita cantik dan berposisi tinggi tetapi dia menolak dan mengatakan: 'Saya takut kepada Allah', seseorang yang memberi amal dan menyembunyikannya, hingga tangan kirinya pun tidak tahu apa yang diberikan tangan kanannya dalam amal; dan seseorang yang berzikir kepada Allah dalam kesendirian hingga meneteskan air mata."
Pada hari kebangkitan nanti, matahari akan benar-benar dekat dan hanya berjarak satu mil. Sehingga orang-orang akan tenggelam dengan keringat mereka karena panasnya matahari. Beberapa di antara mereka, keringatnya hanya menggenang hingga lutut mereka, pinggang mereka, bahkan disebutkan dalam hadits Abu Hurairah bahwa beberapa akan tenggelam dalam keringat tujuh puluh lengan panjang di bumi.
Berikut penjelasan tujuh golongan tersebut, dilansir di Gulf Times, Jumat (3/7).
Golongan pertama yang mendapatkan naungan Allah, adalah seorang pemimpin yang adil. Islam sangat mengedepankan keadilan, dan seorang pemimpin tanpa kecuali harus bisa memenuhi hak tiap-tiap orang, baik kepada muslim atau non-muslim, kerabat atau orang asing, teman atau musuh.
Allah berfirman: "... Dan jangan biarkan kebencian membuatmu bertindak tidak adil, yang lebih dekat dengan takwa." (Al-Maa'idah 5: 8)
Prinsip keadilan sangat penting bagi seorang pemimpin, karena ia yang akan bertanggung jawab atas rakyat dan negerinya. Karena itulah seorang pemimpin mendapat perhatian khusus dan menjadi salah satu dari tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah SWT.
Golongan kedua, adalah pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah. Allah memberikan keistimewaan naungan-Nya kepada pemuda yang selalu memujanya.
Karena tidak sedikit masa muda seseorang justru dihabiskan dengan segala kehidupan duniawi. Masa muda memang sangat rentan terhadap godaan hidup dan cenderung menjauh dari jalan Islam.
Mereka berpikir, sholat, menutup aurat, dan pergi haji dapat dilakukan pada saatnya nanti ketika mereka telah menjadi tua. Namun tidak pernah ada jaminan, hidup seseorang akan panjang hingga mereka sempat bertaubat.
Sebagaimana nasihat Nabi agar selalu memanfaatkan lima perkara sebelum datangnya lima perkara, yakni, manfaatkan masa mudamu sebelum usia tua, masa sehatmu sebelum sakit, kekayaanmu sebelum kemiskinanmu, waktu luangmu sebelum kamu disibukkan, dan hidupmu sebelum kematianmu." (Diriwayatkan oleh Ibn 'Abbass)
Golongan ketiga, adalah seorang laki-laki yang hatinya melekat pada masjid artinya seorang laki-laki yang selalu mendirikan sholat berjamaah. Ini hanya berlaku bagi laki-laki, sedangkan sholat lima waktu bagi perempuan lebih baik dikerjakan di rumah.
Laki-laki yang gemar ke masjid, bahkan para malaikat pun berdoa untuknya. "Ya Allah, berikan berkah kepadanya, ya Allah kasihanilah dia... " (HR. Abu Hurairah)
Allah memperingatkan kita: “Hai kamu, yang beriman! Jangan kam menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena Riya kepada manusia dan dia tidak percaya pada Allah atau di Hari Terakhir." (Al-Baqarah ayat 264).
Golongan ketujuh yang akan mendapatkan naungan Allah adalah seseorang yang selalu berzikir kepada Allah dan dalam keadaan sepi ia meneteskan air mata. Nabi sallallaahu 'alaihi wa sallam, bersabda "Jika kamu tahu apa yang saya tahu, kamu akan tertawa kecil dan banyak menangis." (HR Abu Hurairah dan Anas)
Nabi sebagaimana manusia pada umumnya, seringkali meneteskan air mata karena ketakutannya akan hukuman Allah dan cinta tulus serta kekaguman kepada Allah SWT. Pertanyaannya, seberapa sering kita mengingat Allah kemudian menangis? Berapa banyak kita tertawa dan seberapa sedikit kita menangis?
Nabi sallallaahu 'alaihi wa sallam, bersabda: "Tidak ada yang lebih dicintai oleh Allah selain dua tetes dan dua tanda: Air mata tercurah karena takut kepada Allah, dan setetes darah tumpah di Jalan Allah. Dan untuk dua tanda, mereka adalah tanda yang disebabkan oleh jalan Allah, dan tanda yang disebabkan oleh memenuhi salah satu tugas yang diwajibkan oleh Allah." (HR. Hasan)