REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Presiden Donald Trump akan memulai perayaan Hari Kemerdekaan AS, yang diperingati setiap 4 Juli, dengan perjalanan ke Gunung Rushmore pada Jumat, kendati muncul perhatian soal kerumunan di tengah pandemi serta kritik dari masyarakat pribumi.
Rencananya, Trump akan menyaksikan pertunjukan kembang api bersama ribuan orang di tenggara dengan ukiran wajah empat sosok presiden AS George Washington, Thomas Jefferson, Theodore Roosevelt, dan Abraham Lincoln di wilayah Dakota Selatan tersebut.
Situs bersejarah yang terkenal itu tidak lagi menjadi tempat pertunjukan kembang api sejak 2009 atas pertimbangan lingkungan. Namun Trump mengupayakan perayaan di sana, sementara pemerintah mengatakan kawasan Hutan Nasional Black Hills telah "lebih kuat". Selain itu, pemerintah juga menyebut teknologi kembang api sudah jauh lebih maju.
Kegiatan itu akan menjadi acara terakhir bagi Trump bersama kerumunan orang banyak. Ia menentang rekomendasi para pakar kesehatan untuk menghindari perkumpulan massa di tengah lonjakan kasus positif COVID-19 di seluruh wilayah AS.
Sekitar 7.500 orang diperkirakan akan menghadiri perayaan tersebut. Masker akan disediakan, namun tidak wajib dikenakan.
Kelompok masyarakat pribumi, yang dilaporkan akan melakukan aksi protes, telah mengkritik rencana kunjungan Trump atas risiko penyebaran virus corona serta perayaan kemerdekaan di lokasi yang mereka anggap keramat. Democratic National Committee (DNC) yang merupakan badan di bawah Partai Demokrat, rival partai Trump, dalam cuitan di Twitter menyebut Trump tak menghormati kelompok masyarakat pribumi, sementara acara itu sendiri "melanggengkan supremasi kulit putih".
Hal tersebut berkaitan dengan Washington dan Jefferson yang dikenal sebagai bapak bangsa yang juga mempunyai budak.
"Bukannya melakukan tanggung jawab mendasar pemerintahannya pada Hari Kemerdekaan, Donald Trump justru masih saja meremehkan virus corona dengan meminta melambatkan tes, melawan aturan pembatasan sosial, dan juga menunjukkan kepada warga AS mengapa dirinya tak pantas untuk empat tahun lagi berada di Gedung Putih," kata DNC, Kamis (2/7).
Gubernur Dakota Selatan yang berasal dari Partai Republik, tempat Trump juga bernaung, Kristi Noem, menyatakan kepada Fox News awal pekan ini bahwa mereka yang khawatir akan Covid-19 bisa diam di rumah, namun "kami tidak akan melakukan pembatasan sosial". Dakota Selatan merupakan wilayah kantong suara Partai Republik yang dimenangkan Trump pada pemilu 2016 lalu.
Beberapa pekan terakhir, Trump juga mendapat kritik atas acara besar yang melibatkan banyak orang di Oklahoma dan Arizona dengan sedikit kepatuhan terhadap aturan pembatasan sosial.