REPUBLIKA.CO.ID, DEARBORN -- Puluhan umat Muslim berkumpul di Masjid Masyarakat Muslim Amerika Dearborn, Michigan untuk menyuarakan protes terhadap penutupan area pemakaman Woodmere Cemetery bagi komunitas Muslim. Seperti dilansir Detroit Free Press pada Sabtu (4/7), perusahaan penyedia area pemakaman di Woodmere Cemetery dituding berupaya mengambil keuntungan dengan memberlakukan penutupan pemakaman bagi Muslim yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.
Pada Mei lalu, Masjid Dearborn mengajukan gugatan terhadap pemilik pemakaman yakni Midwest Memorial Group ke Pengadilan Wilayah Wayne. Dalam gugatan itu, Masjid Dearborn menuding perusahaan itu telah melanggar kontrak dan hukum negara terkait pemakaman Woodmere Cemetery.
Pemakaman Woodmere Cemetery ditutup pada Jumat (3/7). Pengelola pemakaman itu pun sulit dihubungi untuk dikonfirmasi alasannya. Sementara sudah bertahun-tahun Masjid Dearborn telah membeli lebih 2.000 plot kuburan di dua area pemakaman Woodmere Cemetery.
Pada 2017, Masjid Dearborn kembali membeli 1.000 plot kuburan di area ketiga pemakaman Woodmere Cemetery. Dari seribu plot itu, Masjid Dearborn mengklaim telah membayar 622 plot seharga 388.750 dolar Amerika.
Namun demikian, pengelola tidak memperkenankan pemakaman di ruang-ruang itu. Alasannya dalam kontrak mengharuskan Masjid membayar semua area kuburan sebelum bisa mengakses salah satu dari plot makam yang disediakan.
Namun pengacara Masjid Dearborn Steven Choen membantah adanya klausul itu dan menilai ada upaya menegosiasikan kontrak baru dan menaikan harga ruang kuburan. "Pemakaman Woodmere telah menginjak-injak itikad baik dari komunitas kami. Mengingkari janjinya, lebih dari kontrak untuk memungkinkan keluarga kami berada di dekat orang yang mereka cintai," kata Direktur Eksekutif Dewan Hak Asasi Manusia Amerika, Imad Jamad.