REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Pemerintah Iran menegaskan untuk mengambil langkah balasan terhadap negara mana pun yang melakukan serangan siber di situs-situs nuklir. Pernyataan itu datang setelah insiden kebakaran di Patrik Natanz, yang menurut laporan pihak berwenang kemungkinan disebabkan oleh sabotase dunia maya.
Situs pengayaan uranium Natanz, yang sebagian besar di bawah tanah, adalah salah satu dari beberapa fasilitas Iran yang dipantau oleh inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas nuklir PBB. Badan keamanan Iran mengatakan pada Jumat (3/7) bahwa penyebab insiden di situs nuklir telah diketahui.
Namun karena alasan keamanan, penyebab insiden itu akan diumumkan pada waktu yang dianggap tepat. Organisasi Energi Atom Iran awalnya melaporkan kejadian berlangsung di Natanz, yang terletak di wilayah gurun di Provinsi Isfahan pada Kamis (2/7).
Foto sebuah bangunan bata satu lantai dengan atap dan dindingnya sebagian terbakar kemudian diperlihatkan. Selain itu, foto lainnya menunjukkan bahwa ada ledakan di dalam gedung.
“Menanggapi serangan dunia maya adalah bagian dari kekuatan pertahanan negara. Jika terbukti bahwa negara kami telah menjadi sasaran serangan dunia maya, kami akan merespons,” ujar kepala pertahanan sipil Iran Gholamreza Jalali dalam pernyataan melalui siaran televisi pemerintah dilansir Middle East Monitor, Sabtu (4/7).
Sebuah artikel yang dirilis oleh kantor berita negara IRNA pada kamis (2/7) lalu juga membahas apa yang disebut sebagai kemungkinan sabotase oleh musuh-musuh Iran seperti Israel dan Amerika Serikat (AS), meskipun tidak menyebutkan secara langsung.
"Sejauh ini Iran telah mencoba untuk mencegah krisis yang intensif dan pembentukan kondisi dan situasi yang tidak terduga. Tetapi penyeberangan garis merah Republik Islam Iran oleh negara-negara yang bermusuhan, terutama rezim Zionis dan AS, berarti bahwa strategi harus direvisi,” jelas Jalali.