Sabtu 04 Jul 2020 10:48 WIB

Staf Konsulat Nyalakan Oven Diduga untuk Jasad Khashoggi

Di persidangan, staf konsulat bersaksi diminta nyalakan oven di hari Khasshogi datang

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi.
Foto: AP
Jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Dalam keterangannya di pengadilan Turki, seorang pekerja di konsulat Saudi di Istanbul mengatakan ia diminta menyalakan oven kurang dari satu jam setelah jurnalis Saudi Jamal Khashoggi memasuki gedung tempat dia dibunuh pada 2018. Khashoggi tewas bahkan hingga kini jasadnya tidak ditemukan setelah memasuki konsulat Saudi di Istanbul pada 2018.

Seorang teknisi lokal yang bekerja untuk konsulat, Zeki Demir, memberikan bukti di hari pertama persidangan in absentia dari 20 pejabat Saudi atas pembunuhan Khashoggi yang memicu kemarahan global, Jumat (3/6) waktu setempat. Demir mengakui ia telah dipanggil ke kediaman konsul setelah Khashoggi memasuki konsulat terdekat.

Baca Juga

"Ada lima sampai enam orang di sana. Mereka meminta saya untuk menyalakan tandoor (oven). Ada suasana panik," kata Demir dikutip laman Aljazirah, Sabtu.

Para pejabat Turki mengatakan satu teori yang dikejar polisi adalah bahwa para pembunuh mungkin mencoba untuk membuang mayat itu dengan membakarnya setelah mencekik dan memotong mayat Khasoggi. Menurut kesaksiannya dalam dakwaan, Demir melaporkan melihat banyak bekas tusuk daging dan barbekyu kecil di samping oven di taman konsul.

"Lempengan marmer di sekitar oven tampaknya telah berubah warna seolah-olah telah dibersihkan dengan bahan kimia," lapor dakwaan tersebut. Keterangan saksi terpisah dalam dakwaan, dari supir konsul, mengatakan konsul telah memerintahkan membawa kebab mentah untuk dibeli dari restoran setempat.

Demir menawarkan bantuan dengan pintu garasi ketika sebuah mobil dengan jendela gelap tiba, tetapi ia disuruh meninggalkan taman dengan cepat. Surat dakwaan itu menuduh dua pejabat tinggi Saudi yakni mantan wakil kepala intelijen umum Arab Saudi Ahmed al-Asiri dan mantan penasihat pengadilan kerajaan Saud al-Qahtani, menghasut pembunuhan berencana dengan niat mengerikan.

Dikatakan 18 terdakwa lainnya diterbangkan ke Turki untuk membunuh Khashoggi. Seperti diketahui, Khashoggi adalah seorang jurnalis terkemuka dan memiliki koneksi baik yang semakin kritis terhadap putra mahkota.

Para terdakwa diadili secara in absentia dan kemungkinan tidak akan pernah diserahkan oleh Arab Saudi. Pihak Saudi pun menuduh Turki gagal bekerja sama dengan pengadilan terpisah, sebagian besar bersifat rahasia, di Riyadh tahun lalu.

Khashoggi menghilang setelah memasuki gedung konsulat pada Oktober 2018. Dia hendak mengurus surat-surat untuk pernikahannya. Beberapa pemerintah Barat serta CIA meyakini bahwa Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) memerintahkan pembunuhan itu. Namun demikian, tuduhan keras itu dibantah para pejabat Saudi.

Pada Desember, pengadilan Saudi menjatuhkan hukuman mati lima orang dan tiga hukuman penjara atas pembunuhan tersebut. Meski demikian keluarga Khashoggi kemudian mengatakan mereka memaafkan para pembunuh, yang secara efektif memberi mereka penangguhan hukuman resmi berdasarkan hukum Saudi.

Pada saat itu, seorang jaksa penuntut Saudi mengatakan tidak ada bukti yang menghubungkan al-Qahtani dengan pembunuhan. Sejak itu, jaksa membatalkan tuduhan terhadap al-Asiri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement