REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk membatalkan pembangunan Kilang Bontang. Sayangnya, pembatalan ini ternyata belum mendapat lampu hijau dari pemerintah. Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, Ego Syahrial menjelaskan Pertamina sendiri belum memberikan informasi secara jelas terkait rencana pembatalan pembangunan Kilang Bontang.
"Harusnya rapat dulu dan kordinasi dengan lintas kementerian. Itu kan soalnya PSN," ujar Ego, Sabtu (4/7).
Meski memang belum melapor, tetapi Ego menilai jika Pertamina hendak membatalkan proyek tersebut maka memang itu merupakan perhitungan Pertamina. "“Intinya segala sesatu perlu kalkulasi, tetap ini kan proyek besar. Pertamina mungkin sudah punya hitung–hitungan juga mungkin sudah cukup dengan itu (empat pengembangan kilang dan satu kilang baru),” kata Ego.
Senada dengan Ego, Menteri ESDM, Arifin Tasrif bahkan kaget dengan kabar pembatalan Kilang Bontang. Ia mengatakan belum mengetahui kabar tersebut.
"Kata siapa infromasinya,?" ujar Arifin akhir pekan lalu di Kementerian ESDM.
Namun jika sudah ditetapkan batal, menurut Arifin hanya karena Pertamina belum bisa memiliki mitra untuk membangun. “Mungkin mitranya belum ada,” tukas Arifin.
Kini Pertamina hanya akan membangun satu kilang baru, yakni Kilang Tuban yang dikerjasamakan dengan Rosneft. Serta ada empat kilang yang dikembangkan melalui Refinery Development Master Plan (RDMP) yakni kilang Balikpapan, Balongan, Cilacap dan Dumai.
Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, sebelumnya mengatakan menyusul pandemi Covid-19 yang menekan permintaan BBM, Pertamina juga mengevaluasi kembali proyek-proyek kilang yang akan digarap. Pasalnya, permintaan BBM ke depan masih akan tumbuh, walau pertumbuhannya kemungkinan tidak akan setinggi selama ini.
“Sehingga proyek kilang kami hitung lagi. Sebelumnya ada enam proyek kilang kan, empat upgrading kilang dan dua bangun baru, ini kami koreksi. Kami hanya bangun satu kilang baru dan upgrade empat kilang eksisting,” ungkap dia.
Kilang Bontang sebelumnya direncanakan berkapasitas 300 ribu barel per hari (bph). Pada awal rencana kilang itu juga telah menemui rintangan yakni belum adanya mitra pembangunan.
Overseas Oil and Gas LLC (OOG) asal Oman pun resmi mundur sebagai mitra sebelum Pertamina menyatakan adanya penyesuaian kebutuhan akan BBM sebagai alasan penghentian rencana pembangunan kilang. “Kilang Bontang belum dibangun dulu,” kata Nicke.
Pertamina berharap pembangunan kilang dapat memangkas impor BBM. Pasalnya, dengan kapasitas produksi kilang saat ini 750 ribu bph, Indonesia masih harus mengimpor BBM untuk menutup kebutuhan nasional yang mencapai 1,3-1,4 juta BBM.
Jika sebelumnya dengan proyek enam kilang ditargetkan kapasitas kilang menjadi 2 juta bph, kini dengan ketiadaan Bontang maka ditargetkan kapasitas kilang pada 2027 mendantang sebesar 1,8 juta bph.