REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Direktur Utama Bank Bengkulu Agus Salim mengatakan hingga kini modal inti banknya baru mencapai Rp 850 miliar. Jumlah tersebut belum memenuhi syarat menjadi Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) II, yang ditetapkan minimal sebesar Rp 1 triliun.
Ia menjelaskanpihaknya masih memiliki waktu hingga akhir tahun ini untuk mengumpulkan modal inti hingga mencapai Rp 1 triliun jika ingin menjadi BUKU II, sesuai Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.
"Seluruh bank umum harus memiliki modal inti akhir tahun ini Rp 1 triliun, kemudian tahun 2021 Rp 2 triliun dan tahun 2023 Rp 3 triliun. Karena itu, harus melakukan konsolidasi terutama untuk memenuhi syarat modal inti Rp 1 triliun tahun ini," ucapnyadi Bengkulu, Sabtu (4/7).
Agus menyebutkan jika sampai akhir tahun ini tidak bisa mengumpulkan modal inti sebesar Rp 1 triliun, maka kemungkinan terburuk adalah dilikuidasi atau ditutup. Kemudian, kata dia, jika target pengumpulan modal inti Rp 3 triliun hingga tahun 2023 nanti tidak bisa dipenuhi, maka pihaknya akan mengambil langkah bergabung dengan kelompok usaha bank (KUB) untuk mencapai syarat tersebut.
"Jika akhir Desember tahun ini baik itu bank umum konvensional maupun syariah harus memiliki modal inti Rp 1 triliun, kalau tidak, maka akan diakuisisi bank lain atau diturunkan statusnya menjadi BPR atau bahkan bisa dilikuidasi," paparnya.
Di sisi lain, Agus mengatakan kinerja Bank Bengkulu, dari segi pertumbuhan bisnis sudah tumbuh di atas target yang disepakati sebelumnya dengan OJK. Saat ini, kata dia, pertumbuhan laba dan aset Bank Bengkulu sudah mencapai sekitar Rp 7,4 triliun, sedangkan laba per Juni 2020 sudah mencapai Rp 85 miliar.
"Kita optimistis laba tahun ini lebih tinggi dari tahun lalu, karena tahun lalu laba tercatat Rp 107 miliar, sedangkan pertengahan tahun ini saja kita sudah mencapai Rp 85 miliar," kata Agus.