Sabtu 04 Jul 2020 23:52 WIB

BNI Dorong UMKM Naik Kelas Lewat Kain Tradisional

Tujuh kain tradisional dikembangkan rumah kreatif BUMN

Direktur Utama BNI Herry Sidharta mendorong pelaku UMKM salah satunya bidang busana naik kelas dengan mengangkat tujuh kain tradisional dan langka yang dikembangkan rumah kreatif BUMN di tujuh daerah Tanah Air.
Foto: Antara/Reno Esnir
Direktur Utama BNI Herry Sidharta mendorong pelaku UMKM salah satunya bidang busana naik kelas dengan mengangkat tujuh kain tradisional dan langka yang dikembangkan rumah kreatif BUMN di tujuh daerah Tanah Air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia/BNI (Persero) Tbk mendorong pelaku UMKM salah satunya bidang busana naik kelas dengan mengangkat tujuh kain tradisional dan langka yang dikembangkan rumah kreatif BUMN di tujuh daerah Tanah Air.

"Ini semua menjadi bentuk dukungan penuh kami terhadap seruan pemerintah dalam gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia," kata Direktur Utama BNI Herry Sidharta di Jakarta, Sabtu (4/7).

Adapun tujuh kain tradisional itu yakni tenun Tidore yang dikembangkan Rumah Kreatif BUMN (RKB) binaan bank pelat merah ini di Ternate, tenun Pontianak oleh RKB Pontianak dan tenun Manggarai (RKB Manggarai).

Kemudian, tenun Sengkang dari Sulawesi Selatan (Kampung BNI), tenun Lombok yang dikembangkan debitur KUR bank BUMN ini di Mataram, batik Tanah Liek (RKB Padang) dan batik Wonogiren (RKB Wonogiri).

Bank yang berdiri 5 Juli 1946 ini juga mengajak empat perancang busana Indonesia untuk mendesain busana berbahan dasar kain langka tersebut yakni Didi Budihardjo, Denny Wirawan, Jenahara Nasution, dan Oscar Lawalata.

Pemilihan tujuh kain tradisional dan empat perancang busana itu memaknai Hari Ulang Tahun (HUT) BNI ke-74 yang rencananya menghadirkan karya "Wastra 7 Pulau Nusantara Exhibition-4 Desainer". Selain kain tradisional, pihaknya juga mengangkat kekayaan Tanah Air lain yakni kuliner tujuh wedang dan 40 makanan Nusantara.

Dia menjelaskan kinerja dan kapasitas debitur termasuk UMKM menjadi salah satu fokus karena proses bisnis sektor usaha ini terdampak pandemi COVID-19. Kondisi itu, lanjut dia, juga berpotensi mengganggu kinerja perbankan dan stabilitas sistem keuangan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.

Oleh karena itu, ia mengajak pelaku bisnis termasuk dari internal bank ini mulai menanamkan sikap sense of crisis seiring dengan dimulainya aktivitas bekerja yang optimal di era normal baru. "Ini saatnya untuk mengubah pola dan cara bekerja yang lebih dari biasanya dengan lebih giat, lebih keras, dan lebih cerdas lagi dari hari-hari sebelumnya," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement