REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghentikan percobaan obat malaria hydroxychloroquine dan kombinasi obat HIV lopinavir/ritonavir pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Sebab, percobaan itu tak terbukti bisa mengurangi kematian pasien.
Kemunduran ini terjadi ketika WHO juga melaporkan lebih dari 200.000 kasus baru Covid-19 secara global pada Jumat (3/7). Angka tertinggi dalam periode satu hari.
“Hasil uji coba sementara ini menunjukkan bahwa hydroxychloroquine dan lopinavir / ritonavir menghasilkan sedikit atau tidak ada pengurangan dalam kematian pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit jika dibandingkan dengan standar perawatan. Penyelidik percobaan solidaritas akan menghentikan percobaan-percobaan itu segera," kata WHO dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters, Sabtu (4/7).
Perwakilan Amerika Serikat (AS), mengatakan, keputusan yang diambil atas rekomendasi komite pengarah internasional uji coba itu, tidak memengaruhi penelitian lain di mana obat-obatan tersebut digunakan untuk pasien yang tidak dirawat di rumah sakit atau sebagai profilaksis.
Cabang lain dari uji coba yang dipimpin WHO adalah melihat dampak potensial remdesivir, obat antivirus Gilead, pada pasien Covis-19. Komisi Eropa, pada Jumat, memberikan persetujuan bersyarat untuk penggunaan remdesivir setelah terbukti mempersingkat waktu pemulihan di rumah sakit.
Uji coba solidaritas dimulai dengan lima cabang yang bertujuan mencari pengobatan yang paling memungkinkan untuk pasien Covid-19. Kelimanya adalah perawatan standar, remdesivir, hydroxychloroquine, lopinavir/ritonavir, dan lopanivir/ritonavir dikombinasikan dengan interferon.
Direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, pada Jumat, percobaan ini melibatkan 5.500 pasien yang direkrut dari 39 negara untuk uji klinis. Hasil sementara penelitian ini diharapkan rampung dalam dua pekan.
Saat ini terdapat 18 kandidat vaksin Covid-19 yang sedang diujikan kepada manusia. Terdapat pula 150 jenis perawatan yang sedang dikembangkan.