Ahad 05 Jul 2020 14:07 WIB

Berqurban atau Bersedekah Bantu Saudara, Mana Didahulukan?

Berqurban atau bersedekah harus dilihat variabelnya tak bisa digeneralisasi.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Berqurban atau bersedekah harus dilihat variabelnya tak bisa digeneralisasi. Ilustrasi qurban
Foto: Foto: Humas Pemkab Muba
Berqurban atau bersedekah harus dilihat variabelnya tak bisa digeneralisasi. Ilustrasi qurban

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Terkadang seseorang menghadapi dua pilihan, antara bersedekah atau berqurban. Lalu manakah yang yang harus didahulukan?

Dewan Syariah Pusat Zakat Umat, Ustadz Jeje Zainudin mengungkapkan, masing-masing ibadah memiliki keistimewaannya sendiri.

Baca Juga

"Satu ibadah dengan yang lain memiliki aspek keistimewaan yang berbeda. Sedekah mempunyai keistimewaan sendiri, berqurban juga memiliki keistimewaan," kata Jeje dalam diskusi webinar bertajuk "Urgensi Qurban di tengah Pandemi Covid-19", pada Jumat (3/7) sore.

Namun jika harus memilih di saat ingin berqurban ada saudara atau kerabat yang membutuhkan uang. Jika mampu maka tunaikanlah keduanya, akan tetapi jika jumlah uang yang dimiliki terbatas, maka pilih yang paling bermanfaat.

"Pilih yang paling manfaat, maslahat, dan paling dibutuhkan seseorang. Ketika yang dibutuhkan adalah makanan yang bergizi, maka yang lebih utama adalah sembelih hewan qurban, apabila dibutuhkan uang tunai maka itu didahulukan. Tidak bisa digeneralisasi," ucap Jeje.

Di samping itu, terdapat keistimewaan berqurban di tengah pandemi Covid-19. Dalam masa ini, sebagian besar orang mengalami kesulitan secara ekonomi, namun mereka yang tetap berqurban dalam kondisi yang sempit akan menjadi sebuah keistimewaan.

"Ibadah qurban memiliki pahala yang besar dibanding pada situasi normal. Besarnya amal ditentukan dalam situasi kondisi sulit, serta besarnya kebermanfaatan yang didapat oleh seseorang. Yang menentukan nilai dan kualitas, semakin berat dan luas kemanfaatanya, maka semakin besar pahalanya," kata Jeje.

عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا قَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى وَلا تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلانٍ كَذَا وَلِفُلانٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلانٍ"

Dalam sabda Rasulullah SAW, ketika beliau ditanya, "Sedekah bagaimanakah yang paling utama?", beliau menjawab, "Engkau bersedekah di saat kamu dalam keadaan sehat dan cinta harta, banyak keinginan dan takut miskin. Serta tidak menangguhkannya sampai nyawa di kerongkongan, kemudian mengatakan, "Ini untuk si fulan, dan itu untuk si fulan". Padahal memang itu sudah jatah si fulan dan si fulan)." (mutafaq alaih).

Semakin berat suatu ibadah dilakukan, dan semakin luas kemanfaatannya, maka semakin besar pula pahalanya. Sesuai dengan kaidah, besaran balasan sesuai dengan besaran beban cobaan.

 

  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement