REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi musim kemarau pada 2020 ini tidak akan sekering musim kemarau 2019 dan tahun 2015. Namun demikian, antisipasi kekeringan harus tetap dilakukan mengingat faktor wilayah Indonesia yang luas.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal menjelaskan, selain pengaruh faktor global, ada juga juga faktor lokal.
"Dari prediksi kami untuk musim kemarau tahun ini ada sekitar 30 persen zona musim (zom) lebih kering dari normalnya," kata Herizal melalui pesan singkatnya, Ahad (5/7).
Ia menerangkan, daerah-daerah yang akan mengalami kering lebih dari normal yakni sebagai wilayah pantai utara Jawa, sebagian Lampung, Riau dan Sulawesi Selatan.
"Seperti beberapa spot-spot di Pantura Jawa, sebagian Lampung, sebagian Riau dan sebagian Sulsel," kata Herizal.
Ia mengatakan, musim emarau tahun ini juga diprediksi tidak sepanjang kemarau tahun lalu karena mengacu anomali suhu muka laut. Berdasarkan, monitoring anomali suhu muka laut di Samudera Pasifik ekuator di daerah Nino 3.4 sampai akhir tahun diprediksi normal.
"Dengan sedikit peluang la nina (basah) sehingga tahun ini musim kemarau berakhir diprediksi sesuai dengan normalnya," katanya.