REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasanya sudah layak untuk menyebut apa yang tengah dialami Barcelona pada saat ini sebagai sebuah krisis. Level krisisnya pun terus meningkat dari satu laga ke laga berikutnya di pentas La Liga musim ini. Tanpa kemenangan di dua laga terakhir menjadi sinyal bahaya tersendiri buat tim asal Katalan tersebut.
Imbasnya pun begitu fatal terhadap upaya Barcelona untuk mempertahankan titel La Liga pada musim ini. Peraih dua gelar La Liga dalam dua musim terakhir itu akhirnya terpaksa menyerahkan kendali perebutan gelar Liga Spanyol musim ini kepada rival bebuyutannya, Real Madrid, lantaran kehilangan enam poin dari empat laga terakhir. Saat La Liga tinggal menyisakan lima partai lagi, Barcelona justru telah tertinggal empat angka dari Los Blancos, yang kokoh di puncak klasemen dengan raihan 74 poin dari 33 laga.
Saat La Liga ditunda sementara akibat pandemi Covid-19 pada pertengahan Maret silam, atau pada akhir jornada ke-27, Blaugrana memimpin klasemen sementara dengan keunggulan dua poin atas Los Blancos. Lantas apa yang terjadi dengan Barcelona di penghujung La Liga musim ini?
Berbagai laporan di media Spanyol pun mulai menelurkan berbagai asumsi untuk menjawab masalah ini. Asumsi pertama dan utama adalah soal keretakan hubungan para penggawa senior Barcelona dengan pelatih Quique Setien. Setien dilaporkan telah kehilangan otoritas di ruang ganti pemain. Silang pendapat antara Setien dan sejumlah pengawa senior Barcelona, seperti Lionel Messi, Luis Suarez, dan Gerard Pique, mulai terendus setelah Barcelona ditahan imbang Sevilla, 0-0, dan mencapai puncaknya kala Blaugarana ditahan imbang Celta Vigo, 2-2.
Tidak hanya itu, sorotan paling tajam juga ditujukan kepada penurunan performa Antoine Griezmann. Setien mencoret namanya dari starting line-up Barcelona di dua laga terakhir. Eks penyerang Atletico Madrid itu hanya tampil sekali sebagai starter di empat laga terakhir Barcelona.
Akhirnya, kabar paling mengejutkan datang dari sang megabintang, Lionel Messi. Pemain yang sudah begitu identik dengan Barcelona ini disebut-sebut mulai berpikir untuk hengkang dari Blaugrana saat kontraknya berakhir pada 2021 mendatang. Kabarnya, ini merupakan buntut dari kekecewaan pemain berusia 33 tahun itu terhadap krisis yang tengah terjadi di Barcelona.
Melihat benang merah yang ada, krisis penampilan yang menimpa Barcelona pada penghujung musim ini adalah akibat jangka panjang dari berbagai keputusan blunder yang diambil manajemen Barcelona. Keputusan mengganti pelatih Ernesto Valverde pada Januari silam menjadi blunder petama jajaran direksi Barcelona.
Dengan segala kekurangannya, Valverde masih bisa membawa Barcelona bersaing secara ketat di perburuan gelar La Liga. Suasana ruang ganti pun relatif aman. Setidaknya, Valverde masih mendapatkan dukungan dari para pemain utama Blaugrana. Situasi kian runyam saat sejumlah penggawa senior Barcelona kerap berbeda pendapat dengan presiden Josep Maria Bartomeu. Mulai dari dugaan kerjasama antara manajemen klub dengan pihak ketiga dalam memantau aktivitas media sosial para pemain, hingga polemik soal keengganan pemain Barcelona menerima pemotongan gaji di tengan pandemi Covid-19.
Tidak hanya itu, besarnya hutang Barcelona di laporan keuangan terakhir juga menjadi sinyal tersendiri dalam kesalahan pengelolaan klub oleh manajemen Barcelona. Dalam laporan keuangan terakhir, Barcelona disebut memiliki hutang mencapai 217 juta euro. Sebagian besar hutang ini habis untuk menggaji pemain dan mendatangkan pemain anyar di bursa transfer pemain. Namun, aktivitas Barcelona di bursa transfer juga tidak memiliki perencanaan yang matang.
Blunder terbesar manajemen Barcelona di bursa transfer dalam empat musim terakhir adalah merekrut Philippe Coutinho dengan banderol 105 juta euro. Eks gelandang bertahan Liverpool itu kini malah dipinjamkan ke Bayern Muenchen dan masih ragu untuk kembali ke Camp Nou. Belum lagi, dengan sikap plin-plan Barcelona terkait penjualan Neymar. Dilepas ke PSG pada 2017 dengan nilai transfer 222 juta euro, belakangan Barcelona menginginkan kembali gelandang serang asal Brasil tersebut.
Satu-satunya harapan terbesar suporter Barcelona untuk bisa melihat penyegaran di klub yang mereka cintai adalah dalam ajang pemilihan Presiden Barcelona, yang rencananya baru akan digelar pada musim panas 2021 mendatang, atau mereka bisa berharap pada kebesaran hati Bartomeu untuk meletakan jabatanya sebagai Presiden Barcelona dalam waktu dekat. N