Ahad 05 Jul 2020 21:10 WIB

Kabur dari RS di Palu, Dua Pasien Covid-19 Pulang Kampung

Kedua pasien berhasil pulang kampung berkat bantuan beberapa orang.

Tenaga medis beraktivitas di ruang IGD Pusat Isolasi Covid-19. Ilustrasi
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Tenaga medis beraktivitas di ruang IGD Pusat Isolasi Covid-19. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Dua pasien Covid-19 di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah yang kabur dilaporkan berhasil keluar dari wilayah itu dan pulang ke kampung halamannya. Keduanya kini berada di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan.

"Mereka kabur Rabu (1/7) malam, kami menerima informasi dari Dinas Kesehatan Takalar mereka tiba di sana pada Kamis (2/7) malam sekitar pukul 22.00 WITA," kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Anutapura Palu drg Herry Mulyadi kepada Antara di Palu, Ahad malam.

Herry menyebut dua pasien atas nama Syahril yang sebelumnya diisolasi di RSUD Anutapura dan Rajab yang dirawat di Pondok Perawatan OTG (orang tanpa gejala) dan orang dalam pemantauan (ODP) berhasil ke luar dari wilayah Palu dan sampai di Takalar karena bantuan beberapa orang.

Syahril dibantu oleh teman-temanya yang datang ke Palu sebagai tenaga kerja pembangunan Masjid Agung Darussalam Palu, sementara Rajab dibantu oleh salah satu anaknya.

"Kami juga menerima informasi kalau mereka berdua sudah berencana kabur bersama-sama. Sebelumnya mereka sudah saling komunikasi. Makanya dua-duanya kabur pada Rabu malam," ujarnya.

Kini keduanya, lanjut Herry telah menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing di Takalar.

Ia menampik jika dua pasien itu bisa kabur karena buruknya manajemen RSUD Anutapura dan Pondok Perawatan OTG dan OTG Covid-19 di Asrama Haji Transit Palu.

"Ruang perawatan atau isolasi pasien Covid-19 tidak boleh dikunci dan di dalam tidak bisa ada yang menjaga hanya ada kamera pengawas," ucapnya.

Demikian dengan tenaga medis yang merawat mereka. Ia menyatakan tenaga medis yang merawat para pasien Covid-19 sebisa mungkin mempersingkat durasi waktu berkontak dengan para pasien untuk meminimalisir potensi penularan Covid-19.

"Aturannya memang begitu. Tidak bisa dikunci. Contoh kalau gempa siapa yang mau bukakan kunci pintunya? Pasti tidak ada, karena masing-masing menyelamatkan diri sendiri. Pasien Covid-19 lainnya yang masih dirawat di sini juga tidak kabur karena kesadaran mereka," tambahnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement