REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika
Lembah Tidar kedatangan tamu. Bekas anak nakal. Persis 50 tahun lalu, ia diterima sebagai taruna, tahun 1970. Mestinya empat tahun berada di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah. Harusnya lulus 1973. Namun, ia menjalaninya hingga lima tahun, pada 1970 hingga 1974.
Saat itu, namanya masih Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri). Sebelumnya sejak 1957 disebut Akademi Militer Nasional (AMN) yang berada di Lembah Tidar. Sang tamu tampil layaknya gembala peternakan. Menggunakan topi lebar khas Meksiko, sombrero. Topi itu lebih dikenal sebagai topi koboi. Ia mengenakan pakaian safari berkantong empat, warna krem, dan sepatu dengan warna senada. “Dulu saya memang nakal saat taruna,” kata Prabowo Subianto Djodjohadikusumo, suatu ketika.
Kali ini, ia datang dalam posisinya sebagai menteri pertahanan (menhan). Letnan Jenderal TNI Purnawirawan itu menjadi menteri, sejak pekan ketiga Oktober 2019 lalu. Kedatangannya ke Akmil menjadi pusat perhatian. Ia didampingi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa, ditemani tuan rumah Gubernur Akmil Mayjen TNI Dudung Abdurachman, dan Panglima Kodam IV/Diponegoro Mayjen TNI Bakti Agus Fadjari.
Salah satu yang menarik perhatian warganet (netizen), saat Prabowo bertemu dengan Kopral (Taruna) Enzo Zenz Allie, mahasiswa (taruna) tingkat pertama Akmil. Usai memberikan pembekalan kepada taruna tingkat pertama hingga empat, Prabowo keluar ruangan. Ia berjalan bersama KSAD dan Gubernur Akmil, serta perwira tinggi lainnya.
Kemudian saat berjalan ada rombongan taruna berbaris. Termasuk para kopral taruna, sersan taruna, dan sersan mayor dua taruna. “Saya lihat ada Kopral Enzo dan teman-temannya. Saya panggil. Berhenti dulu,” kata Gubernur Akmil Mayjen Dudung, abituren Akmil 1988 B kepada Republika.
Tidak seperti biasanya, kali ini semua taruna menggunakan pakaian dinas lapangan (PDL) loreng TNI. Selama pandemi Covid-19, setiap hari personel TNI, termasuk taruna mengenakan PDL loreng. Kopral Enzo pun turut dipanggil. Kemudian Menteri Prabowo melihat taruna berwajah bule ini. Ia dengan cepat membetulkan kerah pakaian Enzo yang terlipat di bagian belakang.
Keturunan Prancis
KSAD Jenderal Andika menjelaskan kepada Prabowo bahwa Enzo adalah taruna keturunan Prancis. Enzo memang lahir di Kota Paris, Prancis. Pada usia 13 tahun, ia kembali ke Indonesia bersama ibunya, setelah sang ayah meninggal dunia. Prabowo mengangguk-angguk. Kemudian mengucapkan satu kalimat dalam bahasa Prancis, dan dijawab Enzo dalam bahasa Prancis pula.
Prabowo dikenal menguasai empat bahasa asing, yakni Inggris, Jerman, Belanda, dan Prancis. Ia pun mempelajari bahasa Arab saat tinggal di Yordania selama beberapa tahun. Saat menjadi taruna, Prabowo kerap menjadi penerjemah dan mendampingi tamu asing yang mengunjungi Akmil. Hal yang sama tentu bisa dilakukan Enzo yang juga memahami beberapa bahasa asing, termasuk bahasa Inggris dan Arab.
Kopral Enzo yang berdiri dengan sikap sempurna juga menjawab pertanyaan lainnya dari Prabowo. “Mau pilih korps apa?”
“Siap, Infanteri.”
“Bener ya.”
Prabowo, Andika, dan Dudung pun tertawa. Ketiganya memang berasal dari korps Infanteri. Nasib Dudung pun sama dengan Enzo. Saat menjadi taruna, Dudung berstatus sebagai anak yatim. Ayahnya eninggal dunia saat Dudung masih bocah. Enzo ingin sekali bisa masuk korps Infanteri dan menjadi prajurit komando. Seperti juga Prabowo Subianto dan Andika Perkasa dari komando pula. Andika abituren Akmil 1987. Tentu saja perjalanan Enzo masih panjang.
Hasil psikotes dan lain-lainnya akan menentukan ia akan cocok di korps mana. Bukan sekadar keinginan pribadi, namun sesuai hasil tes dan kebutuhan TNI. Sama seperti saat sidang panitia penentuan akhir (pantukhir) untuk menjadi calon taruna. Saat itu, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto juga mewawancarai Enzo, menggunakan bahasa Prancis. Bahasa Prancis Marsekal Hadi cukup baik. Ia pernah melanjutkan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau) di Prancis.
Tentu hanya perwira pilihan yang bisa mengikuti pendidikan sesko di negara-negara maju di Amerika Serikat (AS) maupun Eropa. Video percakapan dalam bahasa Prancis, antara Marsekal Hadi dan bakal calon taruna Enzo, pada medio Agustus 2019, viral di media sosial (medsos) dan menjadi santapan media arus utama untuk diberitakan.
Superhero
Pertemuan Kopral Enzo dengan 'koboi' Prabowo dan superhero (pahlawan super) bertubuh kekar dan berotot, Jenderal Andika Perkasa terjadi pada Jumat (3/7). Masih dalam rangkaian kunjungan kerjanya di Akmil, Jenderal Andika pada Sabtu (4/7), kembali bertemu Kopral Enzo. Kali ini dalam kegiatan olahraga bersama korps taruna.
Foto Andika menggunakan pakaian olahraga ketat sehingga terlihat tubuhnya yang kekar dan berotot seperti superhero. Di sebelahnya terlihat Enzo menggunakan pakaian olahraga berwarna oranye. Foto itu disiarkan oleh Dinas Penerangan Angkatan Darat (Dispenad).
Jenderal Andika adalah orang yang 'pasang badan' ketika terjadi kontroversi beredarnya foto Enzo di medsos. Bahkan Enzo dituding dengan dugaan terpapar radikalisme gara-gara ada salah satu fotonya sedang membawa bendera tauhid, yang diafiliasikan dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Hal ini menjadi polemik di jagat media, baik media arus utama maupun medsos.
Andika betul-betul pasang badan. Ia mengungkapkan, Angkatan Darat telah melakukan penyeidikan serta memanggil calon taruna Enzo. Hasilnya, pemuda yatim itu justru mendapatkan hasil tes yang baik. Bahkan, ia menjadi salah satu lulusan terbaik calon taruna akmil tahun 2019. Kemampuanya, antara lain pull up 19 kali, sit up 50 kali, push up 50 kali, yang semuanya dilakukan selama 60 detik.
Selain itu, Enzo juga mampu berlari 7,5 putaran x 400 meter dalam 12 menit dan berenang 50 meter dalam 1 menit. Enzo Zenz Allie pun mendapat pujian. "Kesimpulannya, Enzo dilihat dari indeks moderasi bernegara, kalau dikonversi jadi persentase 84 persen. Atau 5,9 dari maksimal 7. Indeks moderasi bernegaranya bagus,” kata Andika di Mabesad, pertengahan Agustus 2019 lalu. Ia pun meminta polemik tentang Enzo dihentikan. Andika bagai superhero, membantu kaum yang lemah.
Kapten Anumerta Soebianto
Menhan Prabowo mengunjungi Akmil, antara lain meresmikan sarana e-learning system yang dimiliki oleh Akmil. Selain itu, Prabowo meresmikan Rumah Sakit TK IV Soebianto Djojohadikoesoemo. Kapten Polisi Militer (Anumerta) Soebianto gugur melawan tentara Jepang dalam pertempuran di Lengkong, Tangerang. Soebianto adalah adik kandung dari ayahnya Prabowo, yakni Soemitro Djojohadikoesoemo.
Dalam pertempuran Lengkong 25 Januari 1946 itu, keluarga Djojohadikoesoemo bukan cuma kehilangan Soebianto. Adik Soebianto, yakni Soejono, taruna Akmil Tangerang juga gugur. Kemudian Soemitro mengabadikan nama kedua adiknya kepada dua anaknya. Prabowo disematkan nama Soebianto. Kemudian Hasyim disematkan nama Soejono. Baik Soemitro, Soebianto, dan Soejono merupakan anak dari Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo. Pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) 1946.
Pertempuran Lengkong itu menyebabkan 34 orang gugur, baik taruna maupun personel militer Akmil Tangerang. Di antaranya Letkol (Anumerta) Daan Mogot. Namanya diabadikan menjadi nama jalan utama di Jakarta Barat. Sedangkan Akmil Tangerang adalah saudara kembar dari Akmil Yogyakarta yang didirikan pada 1945. Lulusan Akmil Tangerang ditempatkan di Divisi Siliwangi dan Inspektorat Infanteri di Yogyakarta.
Menhan Prabowo memberikan pengarahan kepada 1142 taruna dan taruni tingkat I, II, III dan IV di Gedung Lily Rochli. Prabowo berpesan kepada para taruna-taruni Akmil sebagai generasi penerus dan cikal bakal pimpinan TNI AD di masa mendatang.
Ia minta para taruna dan taruni selalu menyiapkan diri dengan perkembangan situasi zaman dan selalu cinta Tanah Air. Abituren Akmil 1974 itu juga berharap para generasi penerus TNI harus selalu menjaga semangat pantang menyerah. Menjaga sikap-sikap kepahlawanan dari para pahlawan bangsa yang membuat TNI disegani oleh bangsa lain.
"Pengalaman paling baik yang membantu karier para penerus pimpinan TNI AD adalah menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam setiap pelaksanaan tugas," pungkas Menhan menggebu.