REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan melalui Asosiasi Pasar Uang Eropa (AFME) meminta Inggris dan Uni Eropa menata kembali akses pasar keuangan di kawasan tersebut. Hal itu mengingat dampak Covid-19 yang berkepanjangan dapat mengganggu kesepakatan antara Inggris dan Uni Eropa.
Saat ini, Inggris masih memiliki akses penuh ke pasar uang Uni Eropa meskipun telah meninggalkan persekutan tersebut. Inggris masih bisa mengakses hingga akhir Desember atau selama masa transisi berlangsung.
London dan Brussels saling menyalahkan karena melewatkan batas waktu penilaian akses pasar keuangan yang berakhir pada 30 Juni lalu. Akses langsung Uni Eropa di masa mendatang tergantung apakah Brussels menganggap peraturan Inggris setara dengan standar di blok tersebut.
Meskipun jauh lebih terbatas daripada akses saat ini, tanpa kesetaraan, investor Uni Eropa tidak akan dapat menggunakan layanan keuangan di London.
"COVID-19 berpotensi mengganggu perencanaan Brexit termasuk memengaruhi kesiapan klien, serta berpotensi memengaruhi kemampuan perusahaan untuk memindahkan staf ke yurisdiksi lain," kata AFME dalam sebuah pernyataan dikutip Reuters.
AFME memastikan bahwa investor Uni Eropa dapat terus menggunakan lembaga kliring di London sebelum akhir September. Menurut AFME, akses dua arah dalam perdagangan saham dan derivatif juga diperlukan untuk menghindari gangguan.
AFME mendesak regulator Inggris dan Uni Eropa membuat kerangka kerja untuk memperbaiki perbedaan yang dapat membahayakan akses.
"Ini sangat penting dalam konteks agenda legislatif yang berkembang cepat di UE dan Inggris dengan sejumlah file layanan keuangan yang signifikan sedang diusulkan, karena akan dilaksanakan, atau sedang ditinjau pada paruh kedua tahun ini dan yang pertama. setengah dari 2021," kata AFME.
Ketua negosiator Brexit Uni Eropa Michel Barnier mengatakan pekan lalu bahwa perusahaan keuangan harus bersiap-siap untuk perubahan besar pada Januari.
"Kami hanya akan memberikan kesetaraan di bidang-bidang di mana itu jelas untuk kepentingan Uni Eropa, stabilitas keuangan kami, investor dan konsumen kami," kata Barnier.