REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Rencana pengubahan monumen Hagia Sophia di Istanbul, Turki, dari museum menjadi masjid turut mendapat penentangan dari gereja ortodoks Rusia. Seorang pejabat senior di Gereja Ortodoks Rusia mengatakan pada Sabtu (4/7), bahwa rencana itu tidak akan diterima.
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, telah mengusulkan untuk mengembalikan status dari situs Warisan Dunia UNESCO itu menjadi masjid. Bangunan abad ke-6 pada jantung kekaisaran Byzantium Kristen dan kekaisaran Muslim Ottoman (Utsmaniyah) itu kini menjadi salah satu monumen yang paling banyak dikunjungi di Turki.
"Kita tidak bisa kembali ke Abad Pertengahan sekarang. Kita hidup di dunia multipolar, kita hidup di dunia multi-pengakuan dan kita perlu menghormati perasaan para penganut agama," kata ketua departemen Patriarkat Moskow untuk hubungan Eksternal Gereja, Metropolitan Hilarion, di televisi pemerintah, seperti dilaporkan kantor berita Interfax, dilansir Reuters, Ahad (5/7).
Dia mengatakan, Gereja Ortodoks Rusia tidak memahami motif untuk pengubahan Hagia Sophia. Dia lantas menyebut bahwa politik domestik merupakan motif di balik gerakan tersebut.
"Kami percaya bahwa dalam kondisi saat ini, tindakan ini merupakan pelanggaran terhadap kebebasan beragama yang tidak dapat diterima," katanya.
Awal pekan ini, pengadilan Turki telah menggelar sidang yang bertujuan untuk mengubah bangunan tersebut menjadi masjid kembali. Putusan tentang itu akan diumumkan akhir bulan ini.
Kasus terkait status Hagia Sophia itu diajukan oleh sebuah LSM untuk pelestarian monumen bersejarah. Perkara yang diajukan itu mempermasalahkan legalitas dari keputusan pada 1934, pada hari-hari awal negara sekuler modern Turki didirikan oleh Mustafa Kemal Ataturk. Kala itu, Hagia Sophia, yang dikenal dalam bahasa Turki sebagai Ayasofya, diubah dari masjid menjadi museum.
Namun demikian, usulan mengubah status menjadi masjid itu telah menuai kritikan dari para pemimpin agama dan politik lainnya. Patriark (Batrik/gelar bagi uskup tertinggi dalam Gereja) dunia Bartholomew, kepala spiritual dari sekitar 300 juta orang Kristen Ortodoks di seluruh dunia dan berbasis di Istanbul, mengatakan bahwa mengubah Hagia Sophia menjadi masjid akan mengecewakan umat Kristen dan mematahkan Timur dan Barat.
Sementara itu, sebelumnya Sekretaris Negara Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo dan pemerintah Yunani juga mendesak Turki agar tetap menjadikan bangunan itu sebagai museum. Namun, Erdogan justru bereaksi dan menggambarkan kritikan asing atas usulan itu sebagai serangan terhadap kedaulatan Turki.