REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Pemerintah Libya yang diakui PBB mengecam serangan udara terhadap pangkalan udara di barat negara itu yang baru-baru ini mereka rebut kembali. Pemerintah Tripoli mengatakan serangan tersebut dilakukan oleh 'angkatan udara pasukan asing'.
Pada bulan Mei lalu, pasukan yang setia pada pemerintah sementara Libya (GNA) merebut kembali pangkalan udara al-Watiya yang terletak 140 kilometer selatan ibu kota Tripoli. Pangkalan udara diambilalih dari sekutu pasukan Khalifah Haftar.
Pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin Khaftar menuduh Turki, salah sekutu utama GNA, menggunakan pangkalan udara itu untuk membantu pemerintah Tripoli menangkis serangan yang LNA lancarkan sejak April tahun lalu.
Direbutnya kembali al-Watiya menandai runtuhnya serangan LNA selama 14 bulan ke Tripoli. Kini mereka mundur ke pinggir pantai.
"Serangan terhadap al-Watiya semalam dilakukan oleh angkatan udara asing membantu penjahat perang (Haftar) dalam upaya yang menyedihkan dan putus asa meningkatkan semangat meraih kemenangan," kata Deputi Menteri Pertahanan GNA Salah al-Namrush dalam pernyataannya seperti yang dikutip Aljazirah, Senin (6/7).
Ia berjanji ' akan meresponsnya di tempat yang tepat dan waktu yang tepat'. Namrush mengatakan serangan tersebut 'upaya gagal untuk mengganggu kemenangan-kemenangan GNA akhir-akhir ini'.
Namrush tidak menyebutkan angkatan udara mana yang berada di balik serangan tersebut. Mengutip sumber militer, media pro-Haftar melaporkan serangan udara 'pesawat tak dikenal' mengincar sistem pertahanan udara Turki yang dipasang di al-Watiya.
Kantor berita Turki, Anadolu Agency mengutip perwira militer GNA yang tidak disebutkan namanya. Perwira itu mengatakan serangan terhadap al-Watiya dilakukan 'pesawat tak dikenal' dan tidak menimbulkan korban jiwa.
"Material yang baru-baru ini dipasang untuk memperkuat kapasitas anti-serangan udara rusak," tulis Anadolu dalam laporan mereka.