REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Penjualan hewan qurban kambing di Kota Solo, Jawa Tengah masih lesu seiring dengan lesunya kondisi perekonomian akibat pandemi Covid-19.
"Termasuk dari Jakarta sampai saat ini belum ada permintaan. Padahal kalau tahun-tahun sebelumnya satu bulan sebelum Hari Raya Idul Adha pesanan sudah sangat banyak," kata salah satu pedagang Sri Mulyani di Pasar Hewan Semanggi Solo, Senin (6/7).
Selain dari Jakarta, pesanan dari luar kota yang banyak masuk biasanya dari Boyolali, Semarang, Salatiga, dan Yogyakarta. Ia mengatakan biasanya pesanan yang masuk dari satu pemesan saja bisa sekitar 1-3 rit. Satu rit berisi 100 ekor kambing.
"Saat ini saya baru terima pesanan lokal, itu pun baru sedikit. Sejauh ini untuk hari raya qurban baru 100 ekor dari MTA. Biasanya khusus MTA pesanannya bisa sampai 600 ekor kambing," katanya.
Meski demikian, lesunya permintaan tersebut tidak mempengaruhi kenaikan harga kambing. Ia mengatakan sejauh ini untuk kenaikan harga kambing sekitar Rp 100 ribu-200 ribu/ekor. Bahkan, saat mendekati hari raya qurban kenaikannya bisa lebih tinggi lagi.
"Kalau sekarang harga kambing yang paling murah Rp 1,5 juta/ekor, yang paling mahal sekitar Rp 5 juta. Nanti saat mendekati hari raya harganya bisa sampai Rp 7 juta/ekor, tergantung dari besar kecilnya kambing," katanya.
Meski permintaan turun, ia juga tetap menyediakan stok hingga ratusan ekor, baik kambing jenis Jawa maupun gembel. Untuk kambing tersebut didatangkannya dari beberapa daerah, di antaranya Ponorogo, Pacitan, dan Wonosari.
Pedagang lain, Agus Sutrisno, mengatakan kali ini pembelian kambing dari konsumen untuk qurban sangat rendah. Bahkan, ada kalanya dalam satu hari tidak ada satu ekor pun yang terjual.
"Kalau tahun lalu jika mendekati hari raya qurban seperti ini dalam satu hari saya bisa jual sampai 10 ekor. Saat ini saya paling banyak hanya bisa jual satu-dua ekor/hari. Mudah-mudahan nanti jelang Idul Adha permintaan bertambah," katanya.