REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono memperkirakan Indonesia akan menjadi pusat Covid-19 ketiga di Asia. Menurutnya, lonjakan kasus akan terus terjadi kecuali pemerintah menerapkan langkah-langkah lebih ketat.
Dilaporkan laman Brisbane Times pada Senin (6/7), Pandu memprediksi tingkat infeksi Covid-19 akan terus meningkat hingga September atau Oktober. Angkanya dapat mencapai 4.000 kasus per hari.
Pandu mengungkapkan sejauh ini skala pengujian Covid-19 di Indonesia masih kecil. "Angka-angka itu sangat rendah, itu adalah kesalahan. Peraturan pemerintah, bagaimana mereka melakukan pengujian, didasarkan pada gejala. Itu adalah kesalahan mereka," kata dia.
Dia berpendapat Pemerintah Indonesia seharusnya menggandakan tes reaksi rantai polimerase (PCR). Hal itu harus dilakukan secara merata di seluruh daerah.
Menurut Pandu, kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tak berhasil di Indonesia. Dia mendesak pemerintah untuk secara masif mengampanyekan "3M" yakni mencuci tangan, menjaga jarak, dan mengenakan masker. Hal itu menjadi upaya untuk tetap menekan penyebaran Covid-19.
Jika kampanye itu dijalankan, Pandu memprediksi tingkat Covid-19 akan memuncak pada Juli dan mulai turun pada Oktober. "Dengan tidak adanya langkah-langkah baru yang ketat, Indonesia akan menjadi pusat (Covid-19) ketiga di Asia setelah China dan India," katanya.
Saat ini, Indonesia menguji sekitar 10 ribu orang dan memproses sekitar 20 ribu spesimen per hari. Tingkat tesnya adalah 3.377 orang per satu juta orang.
Menurut situs web pemantauan virus corona, Worldometer, dari per satu juta orang Singapura melakukan tes terhadap 129.509 orang, Malaysia 24.854 orang, Thailand 8.648 orang, Filipina 7.286 orang, dan Australia 107.888 orang.