REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha nasional Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan, dampak pandemi Covid-19 membuat pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terkena empasan badai lebih dulu. Dia mengaku, mendapat banyak curhatan dari pedagang kecil yang mengeluhkan usaha mereka terganggu. Padahal, sambung dia, UMKM merupakan pencetak lapangan kerja terbesar di Indonesia. Data menunjukkan, UMKM mampu menyerap sekitar 97 tenaga kerja di Indonesia.
Sandi merasa miris dengan hal itu. Pasalnya pelaku UMKM dalam menjalankan bisnis mereka memiliki keluarga yang harus dihidupi. Belum lagi, naiknya biaya rumah tangga di saat ekonomi memburuk membuat pelaku UMKM tertekan ganda. "Penjualan menurun, permodalan, pesanan menurun, kesulitan bahan baku, dan kredit macet. Survei sempat proyeksikan 47 persen UMKM berhenti usahanya, nyatanya jauh lebih besar lagi," kata Sandi di Jakarta, Senin (6/7).
Dia pun menyarankan agar pemerintah secepatnya melakukan re-prioritizing. Sandi menyebut, setiap ekonomi Indonesia terkena krisis selama ini bisa bertahan dan bangkit, lantaran peran UMKM yang amat besar dalam menggerakkan roda perekonomian. Dia menyebut, pemerintah pusat memang sudah membuat paket kebijakan untuk membantu pelaku UMKM dengan anggaran Rp 34,15 triliun. Sayangnya, kebijakan itu belum juga dieksekusi.
"Sedih membaca betapa lamban dan rendah realisasinya. Sudah lima bulan UMKM kena hantaman krisis, realisasi stimuls pemerintah hanya 0,01 persen dari yang dianggarkan. Kelihatannya pemerintah belum membantu UMKM, sebaliknya malah UMKM yang bantu pemerintah," kata wakil ketua Dewan Pembina Partai Gerindra ini.
Dengan kondisi seperti itu, Sandi menyarankan, pemerintah Indonesia harus membalikkan tren saat ini. Caranya adalah dengan memberikan dukungan insentif dan serial paket kebijakan yang cepat dan tepat sasaran. "Ini untuk sektor UMKM dan ekonomi keluarganya," kata Sandi.
Sandi melanjutkan, pelaku UMKM perlu memerhatikan beberapa indikator dalam menghadapi shifting ekonomi agar usahanya tetap berjalan. Salah satunya adalah kesehatan finansial wajib dijaga agar UKMK bisa melalui krisis ekonomi yang diakibatkan pandemi Covid-19. "Indikator kesehatan usaha terutama finansial, cash is king. Indikator konsumsi dan prilaku konsumen, karena perubahan telah terjadi," kata Sandi.
Menurut Sandi, salah satu kendala yang dihadapi para pelaku UMKM dalam masa pandemi ini adalah terganggunya supply chain. Hal itu khususnya berdampak terhadap pelaku yang bergantung pada bahan baku impor. Sandi menyebut, efek wabah virus corona membuat rantai pasokan barang impor kemungkinan terganggu, terutama produk kesehatan dan pangan. Hal itu karena karena semua negara akan mengamankan cadangan pangan, alat kesehatan, dan kebutuhan strategis lainnya.
Pun harga barang impor berisiko naik. Dia pun menyarankan gara impor menjadi pilihan terakhir, misalnya hanya untuk menjaga stok. Namun, dalam jangka menengah dan panjang, pelaku usaha harus membangun kemandirian. "Langkah yang harus diambil adalah cepat berinovasi. Temukan bahan baku lokal dan terapkan kearifan lokal. Bangun kapasitas produksi secepatnya. Jangan mager (malas gerak), apalagi rebahan," ucap wagub DKI periode 2017-2018 ini.