REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Imron Baehaqi*
Setiap orang mukmin sepatutnya merasa khawatir jika sifat nifaq melekat pada dirinya, baik disadari maupun tidak. Inilah yang menjadi keresahan para sahabat Nabi SAW.
Ibnu Abi Mulaikah (wafat 117 H) berkata, "Aku bertemu dan berteman dengan 30 sahabat besar Nabi Muhammad SAW yang selalu merasa ketakutan bila digolongkan sebagai orang munafik. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang menyombongkan keimanan dan kesalehannya ataupun membual."
Dalam surat al-Ahzab ayat 19, Allah SWT menyebutkan empat kriteria orang munafik.
أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ ۖ فَإِذَا جَآءَ ٱلْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَٱلَّذِى يُغْشَىٰ عَلَيْهِ مِنَ ٱلْمَوْتِ ۖ فَإِذَا ذَهَبَ ٱلْخَوْفُ سَلَقُوكُم بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى ٱلْخَيْرِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا۟ فَأَحْبَطَ ٱللَّهُ أَعْمَٰلَهُمْ ۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرًا
"Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."
Ciri pertama adalah bakhil. Jika diminta mengorbankan harta bendanya di jalan Allah, mereka enggan dan menolak.
Apalagi, saat ada instruksi perang, mereka bersembunyi dan melarikan diri. Perangai orang munafik ini sesuai dengan peribahasa yang mengatakan, "Berat turut memikul dan ringan turut menjinjing, mereka me lengah seakan-akan tidak tahu."
Kedua, karakter pura-pura, yaitu watak menipu, ingkar janji, bohong, dan khianat. Apabila berada dalam situasi sulit dan bahaya, mereka meminta tolong kepada Rasulullah dan orang-orang mukmin dengan mata yang terbalik-balik, seperti orang pingsan karena takut akan mati.
Namun, tatkala ditolong, rasa takut hilang dan situasi kembali normal, orang-orang munafik itu kembali kepada karakter aslinya.
Mereka mencaci maki Nabi SAW dan orang-orang mukmin dengan kata-kata yang pedas dan sikap yang menyakitkan.
Ketiga, suka mencaci maki dan menghujat orang-orang beriman yang saleh. Mereka begitu membenci orang-orang mukmin yang gigih membela kebenaran (al-haq) demi menegakkan agama Allah.
Memuncaknya kebencian mereka adalah sesuatu yang lumrah karena prinsip dan worldviewnya berbeda. Misalnya, barisan mukmin sejati itu memiliki se mangat tinggi dalam melakukan gerakan dakwah Islam amar makruf nahi mungkar.
Sebaliknya, kalangan orang munafik justru suka menyuruh berbuat mungkar dan mencegah kebaikan. Keempat, amal baik orang munafik menjadi sia-sia. Maknanya, amal baiknya itu dihapus dan ditolak sebab sejatinya mereka tidak beriman kepada Allah SWT.
Selain itu, terdapat sifat-sifat nifaq lainnya yang juga dijelaskan Alquran dan hadits Nabi Muhammad SAW. Seperti merasa berat mengerjakan ibadah, malas mengerjakan sholat, tidak berzikir kepada Allah kecuali sedikit, riya, menistakan agama, dan hatinya terkunci. Bahkan, untuk menutupi niat jahatnya, penampilan dan retorika mereka begitu memukau dan mengagumkan.
Berdasarkan ciri-ciri hipokrit tersebut, para ulama membaginya menjadi dua macam, yaitu nifak akbar (nifaq i'tiqadi) dan nifaq ashghar (nifaq amali). Oleh sebab itu, setiap Muslim wajib mewaspadai dan menjauhi keduanya. Apalagi nifaq akbar statusnya sama dengan kufur. Ancaman azabnya neraka jahanam paling bawah (QS an-Nisa [4]:145).