REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Petani Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, sejak sepekan lalu mulai menggarap ladang padi huma. Mereka menggarap ladang untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga.
"Kami hari ini membuka hutan dengan melakukan pembabatan rerumputan ilalang dan pepohonan untuk ditanami ladang padi huma seluas satu hektare," kata Santa (50), seorang petani Badui saat ditemui di ladang berlokasi di Blok Cicuraheum Gunungkencana Kabupaten Lebak, Ahad (5/7).
Petani menanam padi huma tersebut di lahan-lahan perbukitan dan pegunungan karena memberikan kesuburan tanaman. Selama ini, petani Badui mengembangkan pertanian organik tanpa menggunakan pupuk kimia. Jika membuka lahan ladang huma sisa-sisa pembabatan semak belukar, pohon hingga ilalang dan limbah sampah itu nantinya dibakar.
Pembakaran itu, kata dia, bisa dijadikan pupuk organik dan dapat menyuburkan tanaman padi huma dan tanaman lainnya. "Kami menargetkan tanam padi huma awal Agustus 2020 dan memasuki panen selama enam bulan ke depan yakni Februari 2021," katanya.
Tetua Adat yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Jaro Saija mengatakan saat ini petani Badui secara serentak mulai menggarap lahan ladang huma dengan membuka hutan di perbukitan dan pegunungan. Petani Badui hingga kini masih mempertahankan adat leluhur dengan melaksanakan pertanian ladang huma di lahan darat.
Ladang huma merupakan sumber ketersediaan pangan keluarga juga ekonomi masyarakat Badui. Karena itu, masyarakat Badui yang berpenduduk 4.320 kepala keluarga (KK) dan 14.600 jiwa tersebar di 68 Kampung belum ditemukan kerawanan pangan maupun kelaparan.
Petani Badui itu, selain bercocok tanam padi huma juga tanaman palawija dan sayuran. Biasanya, tanaman palawija dan sayuran itu dijadikan pendapatan ekonomi mereka karena hasil panenya dijual ke pasar.
"Semua hasil panen padi huma itu disimpan di "leuit" atau rumah pangan untuk ketersedian konsumsi pangan keluarga," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar menjelaskan selama ini petani Badui memberikan kontribusi besar terhadap ketersedian pangan mereka. Sebab, produksi pangan petani Badui tersebut dijadikan untuk ketersediaan pangan keluarga sehingga mereka tidak pernah mengalami kelaparan.
Petani Badui kini memiliki 2.000 rumah pangan dengan rata-rata empat ton/leuit maka bisa menyimpan gabah sekitar 800 ribu ton. "Kami terus mendorong agar petani Badui mampu mengembangkan padi huma dan dapat menyumbangkan ketahanan pangan keluarga mereka," katanya.