REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- India menginstruksikan kepada pemerintah daerah Jammu dan Kashmir untuk membuka ziarah bagi umat Hindu, meskipun infeksi Covid-19 dan angka kematian terus meningkat. Sesuai anjuran pemerintah India, negara bagian Jammu dan Kashmir telah melarang semua pertemuan sosial dan keagamaan.
Tetapi pada saat yang sama, pemda diminta mengizinkan ziarah umat Hindu ke sebuah kuil di gua Amarnath yang terletak pada ketinggian 3.888 meter (12.775 kaki) di Phalgam, wilayah Kashmir selatan. Di dalam gua tersebut ada Shiva Lingam, simbol suci bagi umat Hindu di seluruh dunia.
Pihak berwenang di Jammu dan Kashmir mengatakan, ziarah akan dilakukan secara terbatas dimulai akhir bulan ini. Sebanyak 500 peziarah Hindu yang diizinkan setiap harinya.
Kepala Sekretaris Wilayah Jammu dan Kashmir, BVR Subrahmanyam mengatakan, selama ziarah semua langkah protokol kesehatan untuk membendung penyebaran virus akan diterapkan secara ketat. Para pendatang yang ingin berziarah ke wilayah tersebut juga akan diuji dan dikarantina.
Meskipun periode ziarah telah diperpendek dari 42 hari menjadi 15 hari, para kritikus dan pakar kesehatan di wilayah tersebut memperingatkan peziarah yang datang dari negara-negara bagian India yang terkena dampak virus berpotensi membawa infeksi ke Jammu dan Kashmir. "Sudah ada lebih dari 8.000 kasus di sini dalam tiga hari terakhir. Dan lebih dari 20 kematian telah terjadi. Saya bertanya kepada pemerintah apakah kita mampu menanggung krisis ini lebih banyak?" demikian kata seorang dokter yang menangani kasus Covid-19 seperti dilansir Anadolu Agency, Senin (6/7).
Pemberian izin ziarah umat Hindu berbanding terbalik dengan kondisi mayoritas muslim Jammu dan Kashmir yang telah diisolasi selama 11 bulan. Kelompok-kelompok hak asasi manusia menegaskan pemerintah India telah menindas orang-orang di wilayah sengketa, terutama sejak mencabut status khusus Kashmir di bawah Konstitusi pada Agustus lalu.