Selasa 07 Jul 2020 14:15 WIB

Tanah Lunak Sebabkan Getaran Gempa Lebak Terasa di Jakarta

Gempa Lebak terjadi pada pukul 11.44 WIB dengan magnitudo 5,1 SR.

Red: Indira Rezkisari
Gempa di Lebak pada pukul 11.44 WIB, Selasa (7/7), terasa hingga Jakarta dan sekitarnya.
Foto: Pixabay
Gempa di Lebak pada pukul 11.44 WIB, Selasa (7/7), terasa hingga Jakarta dan sekitarnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa tektonik yang terjadi di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, pada Selasa (7/7) pukul 11.44 WIB getarannya terasa di wilayah Jakarta. Getaran sangat terasa karena efek tanah lunak di Ibu Kota, kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono.

"Guncangan gempa ini sangat dirasakan di Jakarta karena adanya efek soft sedimen/tanah lunak di Jakarta sehingga resonansi akibat tebalnya lapisan tanah lunak ini membuat gempa sangat dirasakan," katanya dalam keterangan pers BMKG yang diterima di Jakarta.

Baca Juga

Getaran akibat gempa dengan magnitudo 5,4 yang kemudian diperbarui menjadi 5,1 di wilayah Lebak terasa pada skala II-III MMI di wilayah Jakarta. Pada skala II MMI atau Modified Mercalli Intensity getaran dirasakan oleh beberapa orang dan benda-benda ringan yang digantung bergoyang dan pada skala IIIMMI getaran dirasakan nyata di dalam rumah seperti ada truk berlalu.

Di wilayah Jakarta Pusat, getaran gempa utamanya dirasakan oleh warga yang berada di gedung-gedung tinggi. Menurut penelitian yang pernah dilakukan, tanah lunak ada di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan sebagian Jakarta Pusat.

Di Lebak, getaran akibat gempa dirasakan pada skala III-IV MMI. Pada skala IV MMI, getaran gempa pada siang hari dirasakan oleh orang banyak di dalam rumah dan beberapa orang di luar rumah serta menyebabkan gerabah pecah, jendela/pintu berderik, dan dinding berbunyi.

Getaran gempa dirasakan di Cihara, Rangkasbitung, Bayah, Pandeglang, Malingping, Cibeber, Banjarsari, dan Sukabumi pada skala III MMI, Depok dan Bandung pada skala II-III MMI, serta Tangerang Selatan dan Bakauheni pada skala II MMI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement