REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor Chicco Jerikho menunjukkan kepeduliannya untuk mengenalkan dan melestarikan karya sastra Indonesia. Pria 36 tahun itu terlibat dalam program Sandiwara Sastra besutan Titimangsa Foundation, KawanKawan Media, dan Kemdikbud RI.
Program itu mengalihwahanakan cerpen atau novel karya sastrawan tersohor dalam bentuk audio, kemudian menyiarkannya lewat podcast @budayakita dan stasiun radio RRI. Chicco kebagian peran di episode cerita pendek "Berita dari Kebayoran".
Pemeran Ben di film Filosofi Kopi itu sudah beberapa kali terlibat dalam sandiwara radio. Namun, ini pertama kalinya dia menyumbangkan suara dalam program khusus karya sastra, terlebih yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer.
"Pengalaman berharga sekaligus challenging, karena ini karya Pram. Harus mengisi emosi kata per kata, yang pasti bukan kata-kata biasa. Punya ketakutan, tapi juga sangat excited," ujar suami dari aktris Putri Marino itu.
Dia menghidupkan karakter seorang penarik gerobak bernama Diman. Lawan main Chicco adalah Najwa Shihab, yang mengisi suara tokoh utama Aminah, perempuan yang tersingkir dari kampungnya, terdampar di Jakarta, dan menjadi pelacur.
Figur publik lain yang terlibat di episode tersebut adalah Mathias Muchus dan Lulu Tobing. Chicco merasa terbantu selama tiga kali sesi latihan yang dilakukan secara jarak jauh. Dia berusaha keras menghadirkan suasana 1950-an seperti dalam cerita.
Lawan main Chicco, Najwa Shihab, mengaku belajar banyak dari proses tersebut. Perempuan 42 tahun kelahiran Makassar itu merasa terhormat bisa terlibat dalam Sandiwara Sastra, sebab menurut dia sastra sangat penting.
Bagi Najwa, sastra mengenalkan dunia berbeda bagi penikmatnya. Dengan membaca sastra, seseorang tidak terkungkung atau terpenjara oleh keterbatasan ruang yang dialami sehari-hari. Sastra bisa membuat siapa saja menjelajahi sesuatu yang belum ada.
Putri tokoh nasional Quraish Shihab itu menyebutkan manfaat lain membaca karya sastra. Seseorang bisa berinteraksi dengan bahasa. Tidak sekadar bahasa pergaulan yang ada dalam obrolan sehari-hari, tapi juga kalimat, dan ungkapan baru.
Pendiri perusahaan media Narasi itu menjelaskan, bertambahnya kosakata dan diksi akan mempermudah artikulasi gagasan. Khusus karya Pram, pembacanya bisa menyimak lagi istilah-istilah di masa silam yang sekarang sudah jarang dipakai.
"Ibarat pelukis, cat yang dimiliki tidak hanya hitam dan putih yang terbatas warnanya. Sastra membuat kita kaya akan warna-warna lain. Sastra membantu mengungkapkan ide, dan meyakinkan orang lain mengenai ide yang Anda yakini," ucapnya.