REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemampuan pemerintah dalam mencetak Alquran lewat Unit Percetakan Alquran (UPQ) Kementrian Agama (Kemenag) masih dalam jumlah terbatas, sedangkan Indonesia membutuhkan 4-5 juta eksemplar setiap tahunnya.
"Pertama, memang kemampuan mesin cetak Kemenag sangat terbatas. Masih digunakan mesin-mesin lama, kemudian juga perlu dimoderinsasi," kata Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Kementerian Agama (Kemenag), Muchlis M Hanafi, Selasa (7/7).
Kemampuan mencetak hingga satu juta Alquran dari UPQ juga tidak termasuk keseluruhannya mushaf. Namun produksi satu juta termasuk mencetak jus amma, dan surat yasin.
Dia mengatakan, anggaran negara yang dialokasikan kepada UPT masih jauh dari mencukupi. Akan tetapi, kebutuhan per tahun dapat dipenuhi melalui penerbit swasta yang lainnya.
"Bersyukur masih ada penerbit swasta yang mencetak dan distribusi Alquran dalam jumlah yang banyak," kata Muchlis.
Muchlis mengungkapkan, ada satu penerbit yang memproduksi dalam jangka waktu satu bulan hingga 50 ribu Alquran, dan mencetak 120 ribu dalam setahun. Kemudian ia juga pernah mengunjungi ke percetakan swasta lainnya yang jumlah produksinya lebih besar.
"Saya pernah survei ke salah satu percetakan swasta yang mencetak mushaf satu tahun mereka bisa mencetak sampai 30 juta, artinya ini sudah dipenuhi," ucap Muchlis.
Muchlis mengatakan, memang Alquran yang berasal dari Kemenag ditawarkan secara gratis, sedangkan dari penerbit lainnya harus dibeli terlebih dahulu. Namun pada prinsipnya produksi Alquran di Indonesia sudah dapat terpenuhi.