Selasa 07 Jul 2020 17:09 WIB

Pesantren Buka, Santri Harus Karantina 14 Hari

Pesantren bisa mengawasi proses karantina para santri secara ketat

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah santri baru mengikuti olahraga saat menjalani isolasi mandiri sebelum masuk ke asrama
Foto: ANTARA/SYAIFUL ARIF
Sejumlah santri baru mengikuti olahraga saat menjalani isolasi mandiri sebelum masuk ke asrama

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Menjelang tahun ajaran baru, diperkirakan akan banyak pesantren yang akan kembali dibuka. Terkait hal ini, Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi meminta agar  proses penerimaan kembali para santri di setiap pesantren harus dengan pelaksanaan protokol kesehajatan yang ketat.

''Saya minta proses penerimaan kembali para santri dilaksanakan dengan dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat. Terutama untuk proses karantina selama 14 hari bagi santri asal luar daerah yang baru datang,'' jelasnya, Selasa (7/7).

Dia menyebutkan, pelaksanaan karantina bagi para santri ini bisa dilakukan secara mandiri. Meski demikian dia minta, pengelola pesantren bisa mengawasi proses karantina ini secara ketat. ''Dengan cara ini, maka ketika kegiatan pendidikan dimulai maka kegiatan pembelajaran bisa dilaksanakan dengan aman,'' jelasnya.

Sebelumnya, Bupati selaku Ketua Gugus Tugas Covid 19 dengan didampingi Dandim 0702 Purbalingga Letkol Inf Yudhi Novrizal selaku Wakil Ketua Gugus Tugas, dan pejabat dari BPBD Purbalingga, mengunjungi Pondok Pesantren Minhajut Tholabah Desa Kembangan Kecamatan Bukateja. Dalam kesempatan itu, Bupati Tiwi juga memberikan bantuan masker dan alat penyemprot desinfektan.

Ketua Pengasuh Pondok Pesantren Minhajut Tholabah, Kyai Ma’ruf Salim yang didampingi Ketua Yayasan Kyai Basyir Fadlulloh, mengaku pesantrennya saat ini memang sedang bersiap menyambut kembali santrinya melaksanakan pembelajaran atau kajian. Menurut Kyai Ma'ruf, jumlah santri mukim (menginap) di pesantrennya ada sebanyak 900 orang, sedangkan santri non mukim ada 200 orang.

Dia menyebutkan, untuk menyambut kedatangan para santri tersebut, pihak pesantren sudah melakukan berbagai persiapan. Antara lain dengan menyiapkan  sarana dan prasarana cuci tangan pakai sabun, merekonstruksi kamar santri, serta pengaturan tempat ibadah dan ruang pembelajaran agar sesuai syarat physical distancing. ''Semua pengaturan itu, dilakukan oleh tim gugus tugas Covid 19 pesantren kami,'' jelasnya.

Ketua Gugus Tugas Pesantren Minhajut Tholibin, Waryadi, menyatakan telah menyiapkan beberapa skenario yang harus dilalui para santri. Antara lain, sebelum melaksanakan kegiatan pengajaran, para santri wajib menjalani proses karantina.

Selain itu, para santri yang akan datang kembali ke pesantren  harus sehat dengan dibuktikan surat keterangan sehat dari Puskesmas setempat. ''Khusus santri yang berasal dari luar Jawa Tengah, wajib memiliki surat hasil rapid test,'' katanya.

Selain itu, lanjut Waryadi, para santri wajib membawa peralatan pribadi, membawa masker minimal 3 buah. ''Saat kedatangan, para santri hanya diperbolehkan diantar oleh maksimal 2 orang,'' katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement