REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Banyaknya warung liar di sekitar permukiman Baduy dan sampah yang dibawa wisatawan disebut sebagai alasan Suku Baduy meminta kegiatan wisata dihentikan permanen. Dua hal tersebut dikatakan telah mengganggu keasrian lingkungan tempat tinggal suku yang menjaga kuat kelestarian alam ini.
Hal ini diungkapkan Bupati Lebak, Banten, Iti Octavia Jayabaya. Iti mengatakan, Pemkab Lebak akan melakukan komunikasi terlebih dahulu.
"Kalau menurut saya ini (permintaan menutup wisata-Red) masih bisa dikomunikasikan dengan mereka. Alasannya kan karena banyak pengunjung tidak taat dan membangun warung-warung di sana dan membuang sampah sembarangan," jelas Iti di Puspemkab Lebak, Rangkasbitung, Banten, Selasa (7/7).
Iti menyebut beberapa solusi untuk keluhan mereka seperti memperjelas maklumat bagi pengunjung untuk menjaga keasrian tanah adat Baduy. "Mungkin nanti perlu diperketat. Ketika pengunjung datang harus bawa kantong sampah atau plastik, karena pencemaran di sana juga sudah cukup tinggi," kata Iti.
Iti juga mengaku baru mengetahui permintaan untuk menutup wisata Baduy dari media sosial. Sementara para ketua adat belum ada yang memberi tahu hal ini. "Kami baru mendengar keluhan dari berita di medsos, biasanya disampaikan langsung ke saya," ungkap Iti.
Kendati mengharap wisata tetap dibuka, Iti menyebut akan mengikuti apapun kebijakan pemangku adat Baduy. Namun ia menyebut akan berusaha berkomunikasi terlebih dahulu dengan Puun (ketua adat tertinggi Baduy).
"Kalau kebijakan kami mengikuti apa yang disampaikan oleh Puun, tapi semua bisa dikomunikasikan maka saat ini kita belum bisa mengambil kebijakan," ujar Iti.