REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun ini membuat banyak orang stres. Jika sering mengalami migrain, bisa jadi karena stres. Namun, ada daftar panjang pemicu migrain.
Seorang spesialis sakit kepala dan asisten klinis profesor neurologi di Stanford University, Nada Hindiyeh mengatakan, migrain dapat terjadi ketika seseorang keluar dari rutinitasnya.
Sejauh ini, pemicu paling umum adalah stres. Pun sekitar 70 persen orang yang mengalami migrain akan melaporkan hal itu.
"Tapi banyak hal lain yang bisa menjadi pemicu," kata Hindiyeh dilansir Well and Good, Senin (6/7).
Salah satu hal yang sering Hindiyeh rekomendasikan terhadap orang-orang dengan migrain dan sakit kepala adalah menjaga rutinitas gaya hidup. Ketika mereka tidak melakukan rutinitasnya, saat itulah mereka mengalami migrain.
Perubahan dalam rutinitas itu sangat umum terjadi selama beberapa bulan terakhir. Selama pandemi, orang-orang memiliki rutinitas berbeda daripada biasanya.
Kondisi itu banyak berperan menjadi pemicu migrain. Perubahan rutinitas itu memicu perubahan hormon dan perubahan neuropeptida di otak.
Ketika ada perubahan jalur neuronal, salah satu rasa yang muncul adalah rasa sakit, karena otak merasakan ada sesualu yang lain atau berbeda. Direktur Headache Center di Jefferson University di Philadelphia, Stephen Silberstein mengatakan, penting mengetahui definisi tentang migrain.
“Migrain adalah sakit kepala, tetapi memiliki karakteristik tertentu,” ujar Silberstein.
Jika seseorang memiliki sakit kepala parah yang muncul dan hilang serta mengganggu hidup, maka kemungkinan besar dia mengalami migrain. Karakteristiknya sedang hingga berat, sering berdenyut.
Orang yang mengalaminya tidak ingin banyak bergerak, sakit kepala pada satu sisi, sering sakit perut, dan terganggu dengan cahaya atau suara. Spesialis migrain dan asisten profesor klinis di Departemen Neurologi di NYU Langone Health, Adelene Jann mengatakan, migrain biasanya berlangsung antara empat jam hingga tiga hari.
Genetika juga berperan terhadap migrain. Jann mengatakan, wanita lebih mungkin menderita migrain daripada pria. Hindiyeh juga mengatakan migrain adalah keturunan.
"Ini adalah penyakit genetik, turun-temurun, sehingga orang dilahirkan dengan kecenderungan memiliki otak yang hipereksklusif atau hipersensitif,” kata Hindiyeh.
Untuk mencegah migrain, penting memahami pemicunya. Berikut daftar pemicu migrain terkait perubahan rutinitas:
1. Dehidrasi
Dehidrasi menjadi pemicu paling umum, terutama dalam cuaca panas. Pastikan Anda mendapat cukup air. Pertimbangkan juga untuk mengatur pengingat waktu minum atau menyediakan air dalam botol besar.
2. Perubahan cuaca
Banyak orang merasa dapat memprediksi cuaca dengan migrain. Perubahan cuaca, cuaca panas khususnya, bagi sebagian orang dapat menyebabkan migrain. Pun demikian dengan perubahan cuaca dingin.
3. Tidak makan
Melewatkan makan bisa menjadi pemicu potensial migrain.
4. Perubahan tidur
Perubahan pola tidur juga menjadi pemicu potensial migrain. Migrain itu tentang konsistensi. Pastikan Anda tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari.
5. Perubahan hormon
Siklus mentruasi juga dapat memainkan peran besar. Hindiyeh mengatakan, ia sering menemukan anak perempuan mengalami migrain pertama kalinya tepat di sekitar masa pubertas. Mereka juga sering mengalami migrain di sekitar periodenya. Setelah menopause, sekitar dua per tiga wanita mengalami kondisi jauh lebih baik.
6. Obat-obatan tertentu
Terlalu sering menggunakan obat-obatan tertentu, baik obat-obatan yang dijual bebas atau bahkan obat-obatan resep migrain, dapat menyebabkan perburukan atau peningkatan frekuensi migrain.
Advil atau Tylenol misalnya, ketika salah satunya mulai digunakan lebih dari 10 hari dalam sebulan, maka dapat memicu migrain lebih sering.
7. Terlalu lama menatap layar
Selama pandemi Covid-19, orang-orang lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar, baik itu ponsel, iPad, atau komputer. Kehidupan benar-benar berubah menjadi model di mana kita harus menggunakan layar gadget secara konstan.
Padahal, cahaya terang dari layar dan mencoba fokus terhadapnya bisa menjadi pemicu potensial migrain. Istirahat sejenak, setidaknya setiap jam dari layar.
8. Melewatkan latihan
Latihan aerobik setiap hari bisa membantu mencegah migrain. Banyak orang tidak bisa pergi ke gym, keluar dari rutinitas itu bisa menjadi pemicu sangat besar migrain.
Migrain sering memiliki pemicu lebih dari satu. Jann merekomendasikan seseorang bisa melacak untuk menentukan pemicu migrain.
Membuat buku harian sakit kepala bisa membantu melacak frekuensi migrain dan apakah berhubungan dengan pemicu umum, seperti menstruasi, cuaca, atau makanan tertentu. Bawa buku harian itu saat bertemu dokter, sehingga dokter dapat memeriksanya dan memberikan pilihan perawatan.
Silberstein mengatakan, banyak perawatan untuk migrain, seperti yoga, biofeedback, dan meditasi. Kegiatan itu memungkinkan menstabilkan otak, serta dapat meringankan dan mencegah migrain.