Selasa 07 Jul 2020 19:50 WIB

Covid-19 dan Kekhawatiran Perang Generasi Keenam

Eks Sekjen Kemenhan: Hingga kini kita belum tahu bagaimana virus Covid-19 bermula.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Erik Purnama Putra
Sekjen Kemenhan periode 2019-2020, Laksamana Madya (Purn) Agus Setiadji.
Foto: Dok JDS
Sekjen Kemenhan periode 2019-2020, Laksamana Madya (Purn) Agus Setiadji.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Sekjen Kemenhan) periode 2019-2020, Laksamana Madya (Purn) Agus Setiadji, menyampaikan kini ada ancaman generasi perang terbaru. Utamanya, ketika dikaitkan dengan pandemi Covid-19.

"Hingga kini kita belum tahu bagaimana virus ini bermula. Pertanyaanya, apakah pandemi ini perang dunia ketiga?" ujar Agus dalam peluncuran bukunya berjudul 'Ekonomi Pertahanan: Menghadapi Perang Generasi Keenam' yang diselenggarakan Jakarta Defence Studies (JDS) di Jakarta, Selasa (7/7).

Hadir sebagai pemateri Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) periode 2012-2014 sekaligus Guru Besar Universitas Pertahanan Laksamana (Purn) Marsetio, Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid, dan Juru Bicara Menteri Pertahanan Dahnil Anzar Simanjuntak.

Agus melanjutkan, jika menilik ke belakang, telah ada setidaknya lima generasi perang yang terjadi hingga kini. Dimulai dari generasi pertama pada 1648-1860 yang dikenal sebagai generasi Massed Manpower. Kemudian generasi kedua pada 1861-1914 dengan sebutan Massed Firepower.

"Generasi ketiga Manouver and Blitzkrieg diambil dari bahasa Jerman yang menggunakan taktik modern dan serangan kilat," ucap mantan kepala Badan Sarana Pertahanan Kemenhan tersebut.

Sedangkan perang generasi keempat dan kelima adalah Terorism Berlarut dan Cyber Warfare sejak 2009 hingga kini. Agus mengatakan, ada berbagai kemungkinan bentuk di perang generasi keenam. Dan, salah satu yang memungkinkan adalah ketika bangsa-bangsa kini dipaksa menghadapi Covid-19.

"Ini menjelaskan, seolah-olah dunia sedang memasuki perang generasi keenam," tutur Agus.

Hanya saja, Agus kembali menegaskan, perang dengan menggunakan wabah sebenarnya memang telah dilakukan sejak lama. Yang paling lama dikenal adalah taktik bangsa Schytians, di mana mereka menggunakan kotoran manusia yang terjangkit penyakit mematikan pada 400 sebelum masehi (SM).

"Bahkan, hingga Perang Dunia II, banyak negara yang memiliki program aktif mengembangkan senjata biologis. Termasuk pada perang Vietnam juga," kata Agus.

Kendati demikian, Agus melanjutkan, jika pandemi Covid-19 memang perang yang harus dimenangkan, maka harus dilihat dan dikaji secara kolektif. Utamanya, sebagai warga dunia yang memiliki kesulitan serupa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement