REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Namimah merupakan salah satu jenis penyakit hati yang seringkali menghinggapi diri seseorang. Adapun Hadits-Hadits yang berbicara tentang larangan namimah antara lain;
“Dari Ibnu Abbas dia berkata; Nabi saw pernah keluar dari salah satu kebun yang ada di Madinah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di kuburnya, setelah itu beliau bersabda: “Tidaklah keduanya disiksa karena dosa besar namun hal itu adalah perkara yang besar, salah satu darinya adalah tidak bersuci dari kencingnya sedangkan yang lain selalu mengadu domba.” Kemudian beliau meminta sepotong pelepah kurma yang masih basah. Beliau membelahnya menjadi dua, sepotong beliau tancapkan di kuburan yang satu dan sepotong di kuburan yang lain. Beliau kemudian bersabda: ‘Semoga ini bisa meringankan siksa keduanya selagi belum kering.” (HR. al-Bukhari).
Hadits ini terdapat dalam kitab al-jami’ as-Shahih li al-Bukhari pada bab “An-namimah min al-kaba’ir”, (Mengadu domba termasuk dosa besar), nomor 5595. Matan Hadits ini juga terdapat dalam bab Ghibah, nomor: 5592, kitab Jenazah nomor 1289, 1273, dalam kitab Wudhu, nomor 211, 209, dan kitab Thaharah, nomor 439. Abu Dawud mencantumkan matan Hadits tersebut dalam kitab sunan-nya pada bab al-istibra’ min al-baul (menjaga kebersihan setelah kencing), nomor. 19, at-Tirmidzi dalam bab ma ja’a fi at-tasydid min al-baul (peringatan keras tentang bersuci dari kencing), nomor 65, an-Nasa’i dalam bab at-tanazzuh ‘anil baul (bersuci dari kencing) nomor 31, dan dalam kitab Janazah, nomor 2041-2042. Ibnu Majah dalam sunan-nya pada bab at-tasydid min al-baul (peringatan keras tentang bersuci dari kencing) nomor 341, imam Ahmad dalam kitab musnad-nya pada bab bidayah musnad abdullah bin abbas nomor 1877, dan bab Hadits Abu Umamah Al Bahili Ash Shuda bin ‘Ajlan bin ‘Amru nomor 21261.
“Dari Ibnu ‘Abbas ra bahwa: Nabi saw. berjalan melewati dua kuburan lalu Beliau bersabda: “Keduanya sungguh sedang disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa disebabkan karena berbuat dosa besar. Kemudian Beliau bersabda: “Demikianlah. Adapun yang satu disiksa karena selalu mengadu domba sedang yang satunya lagi tidak bersuci setelah kencing.” Ibnu ‘Abbas ra: “Kemudian Beliau mengambil sebatang dahan kurma lalu membelahnya menjadi dua bagian kemudian menancapkannya pada masing-masing kuburan tersebut seraya bersabda,: “Semoga diringankan (siksanya) selama batang pohon ini masih basah.” (HR. al-Bukhari)
Hadits ini terdapat dalam kitab al-jami’ as-shahih lil al-Bukhari pada Kitab Jenazah, bab: Adzab Qubur Akibat Dosa Ghibah nomor 1289 dengan derajat yang shahih.
“Dari ‘Abdullah bin Mas’ud dia berkata; bahwa Muhammad saw. bersabda: ‘Perhatikanlah, aku akan memberitahukan kepada kalian apa itu Al ‘Adhu? Al ‘Adhu adalah namimah (yaitu) memfitnah dengan menyebarluaskan isu di tengah masyarakat.” Dan sesungguhnya Muhammad saw, juga bersabda: ‘Sesungguhnya orang yang selalu berkata jujur akan dicatat sebagai seorang yang jujur dan orang yang selalu berdusta akan dicatat sebagai pendusta.” (HR Muslim)
Hadits ini terdapat dalam kitab shih Muslim dalam Tahrim an-namimah (Haramnya adu domba), nomor 4718, dan Musnad imam Ahmad pada bab Musnad Abdullah bin Mas’ud Radliyallahu ta’ala ‘anhu, nomor 3946.
“Dari Abdurrahman bin Ghanm dan sampai kepada Rasulullah saw: “Sebaik-baik hamba Allah ialah hamba yang senantiasa mengingat Allah, dan seburuk-buruk hamba Allah ialah orang-orang yang suka mengadu domba, suka memecah belah antara orang-orang yang saling mengasihi, serta mereka yang suka berbuat zhalim, mencerai-beraikan manusia dan selalu menimbulkan kesusahan.” (HR Ahmad)
Imam Ahmad mencantumkan Hadits ini di dalam kitab Musnad-nya pada bab Hadits Abdurrahman bin Ghanmin Al Asy’ari Radliyallahu ta’ala ‘anhu, nomor 17312. Namun Hadits ini termasuk kategori Hadits dha’if (lemah), karena di dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama Syahar bin Hawsyab dan Abu Sa’id yang dinilai oleh para ulama’ Hadits dengan penilaian; dha’if (lemah), laisa biqawi (tidak kuat), saqith (terjatuh), dan dhaif jiddan (sangat lemah).
“Dari Asma’ binti Yazid dia berkata, bahwa Nabi saw bersabda: “Maukah aku kabarkan kepada kalian orang yang paling baik di antara kalian?” mereka menjawab, “Tentu wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Yaitu orang-orang yang apabila berdzikir takut kepada Allah Ta’la.” Kemudian beliau bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kalian orang yang paling jelek di antara kalian? Yaitu orang orang yang suka menebar fitnah, yang merusak hubungan di antara dua orang bersaudara dan menganiaya terhadap orang yang tidak disukai dengan menyengsarakannya.” (HR. Ahmad)
Hadits tersebut terdapat dalam kitab Musnad imam Ahmad bin Hambal dari Asma` binti Yazid Radhiyallahu ‘anha, nomor 26317 dan 26319. Secara kualitas, Hadits ini termasuk Hadits dha’if (lemah), karena di dalam sanadnya terdapat seorang rawi bernama Abdur Razzaq bin Hammam bin Nafi’ dituduh sebagai syi’i (penganut syi’ah), sedangkan Syahar bin Hawsyab yang divonis oleh para ulama’ Hadits (ulama’ Jarh) sebagai rawi yang dha’if (lemah), saqith (terjatuh), laisa biqawi (tidak kuat) dan dha’if jiddan (sangat lemah).
https://www.suaramuhammadiyah.id/2016/08/12/validitas-hadits-tentang-macam-macam-penyakit-hati-5/