Rabu 08 Jul 2020 00:15 WIB

Survei LIPI: Masyarakat Pahami Pandemi dan Penularan Covid

LIPI menggelar survei untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap Covid-19.

Sejumlah anak bermain di ruang terbuka hijau (RTH) Kalijodo, Jakarta, Selasa (7/7/2020). RTH Kalijodo menjadi lokasi yang ramai dikunjungi warga PascaPemprov DKI Jakarta membuka kembali sejumlah RTH di DKI Jakarta setelah ditutup akibat COVID-19. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/hp.
Foto: WAHYU PUTRO A/ANTARA FOTO
Sejumlah anak bermain di ruang terbuka hijau (RTH) Kalijodo, Jakarta, Selasa (7/7/2020). RTH Kalijodo menjadi lokasi yang ramai dikunjungi warga PascaPemprov DKI Jakarta membuka kembali sejumlah RTH di DKI Jakarta setelah ditutup akibat COVID-19. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/hp.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terhadap 2.623 responden menyatakan bahwa masyarakat sebenarnya telah mengetahui dan memahami pandemi Covid-19. Masyarakat juga mengetahui cara penularannya dari satu orang ke orang lain.

"Jadi responden mengenali bahwa Covid-19 itu berasal dari virus," kata Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, Herry Jogaswara dalam Webinar “Sosialisasi Hasil Survei Persepsi Masyarakat terhadap COVID-19 dan Satwaliar", Jakarta, Selasa (7/7).

Baca Juga

Herry mengatakan, data survei tersebut diperoleh secara daring dan pengumpulan datanya dilakukan dari 27 Mei sampai 8 Juni 2020. Sebanyak 2.623 responden rata-rata memiliki rentang usia antara 25 hingga 44 tahun dan pendidikan S1, S2 dan S3 dari berbagai provinsi di Indonesia, tetapi lebih banyak berasal dari beberapa provinsi di Pulau Jawa.

Survei tersebut, katanya, untuk melihat seberapa besar pemahaman masyarakat tentang Covid-19, sehingga hasil penelitiannya dapat dijadikan sebagai arahan terhadap kebijakan-kebijakan oleh berbagai pemangku kepentingan di masa mendatang terkait dengan upaya pengendalian Covid-19. Hasil survei tersebut menyebutkan bahwa masyarakat pada dasarnya telah memahami bahwa pandemi Covid-19 disebabkan oleh virus yang baru ditemukan, yaitu SARS-CoV-2.

Kemudian, mereka juga mengetahui bahwa virus SARS-CoV-2 tersebut menular melalui droplet atau percikan cairan hidung dan mulut penderita kepada orang lain di sekitarnya, dengan beberapa jawaban yang cukup konsisten menyebutkan bahwa penularan dapat juga terjadi melalui benda-benda yang telah terkena cairandropletdari penderita Covid-19. Selain itu, Herry mencatat satu hal yang menarik bahwa responden juga mengetahui bahwa penularan dapat terjadi melalui medium udara.

"Sesuatu yang saya kira ada perdebatan-perdebatan secara saintifik. Kemudian, ada juga responden yang melihat bahwa mengonsumsi satwa liar ini merupakan salah satu penularan Covid-19," katanya.

Lebih lanjut, Herry mengatakan, ketika responden ditanya tentang cara mereka melindungi diri dari Covid-19, mereka menjawab bahwa cara melindungi diri yang efektif untuk terhindar dari Covid-19 adalah dengan menetapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.

"Memakai masker, cuci tangan dan menjaga jarak. Ini memperlihatkan bahwa berbagai imbauan untuk menggunakan masker, menjaga jarak dan sebagainya dipahami responden sebagai cara untuk melindungi diri dari COVID-19," ujarnya.

Kemudian, terkait pertanyaan tentang siapa saja orang-orang yang berisiko terjangkit COVID-19, sebagian besar responden juga mengatakan bahwa yang paling berisiko adalah orang-orang yang mempunyai penyakit bawaan atau penyerta.

"Tekanan darah tinggi, diabetes, jantung, paru-paru dan kanker dan juga pada kelompok-kelompok usia lanjut. Pengetahuan ini terkonfirmasi juga dari beberapa survei lainnya," katanya.

Berikutnya, ada juga persepsi bahwa orang yang pekerjaannya berhubungan dengan satwa liar juga memiliki risiko tertentu untuk terjangkit Covid-19. Kemudian, responden juga meyakini bahwa kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai salah satu cara yang penting untuk mencegah Covid-19.

"Para responden melihat pentingnya PSBB sebagai cara pencegahan Covid-19, walaupun sekarang ada berbagai kelonggaran PSBB ini," kata Herry.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement