REPUBLIKA.CO.ID, Ghana yang berada di Benua Afrika, merupakan salah satu negara yang dengan beragam kepercayaan. Namun, negara ini diapit dua kekuataan besar yaitu Islam dan Kristen.
Misionaris Kristen hadir di pantai Ghana bersamaan dengan kedatangan orang-orang Portugis pada abad ke-15. Namun adalah misionaris Basel/Presbyterian dan Wesleyan/Methodist yang kemudian mengembangkan agama tersebut di Ghana sekitar abad 19.
Kegiatan awal para misionaris di kawasan pantai bersama suku Akwapim adalah dengan mendirikan sekolah, semacam "kesusteran gereja". Kiprah di bidang pendidikan tingkat menengah tersebut masih terus berjalan hingga kini, terutama sekolah khusus pria atau wanita, serta berbagai kegiatan yang berkaitan dengan institusi gereja.
Beragam aliran Kristen telah ada di Ghana. Kawasan Volta merupakan konsentrasi terbesar penganut Evangelis Presbiterian. Banyak anggota suku Akwapin menganut Presbiterian. Sementara aliran Metodis dianut anggota suku Fante. Aliran Katolik Roma bisa ditemui di kawasan Pusat dan distrik Ashanti. Meski belum ada data statistik yang pasti menyangkut penyebaran aliran ini, namun diyakini bahwa mayoritas penduduk di wilayah selatan beragama Kristen, sementara di utara agama Islam mendominasi.
Organisasi-organisasi Kristen di negara ini kemudian menggabungkan diri membentuk Dewan Kristen Ghana. Terbentuk tahun 1929 dengan perwakilan yang mencakup aliran Metodis, Anglikan, Mennonit, Presbiterian, Metodis Episkopal Zionis Afrika, Metodis Kristen, Lutherian Evangelis, Baptis dan masih banyak lagi. Organisasi itu mendasari gerakannya untuk mengembangkan agama Kristen serta menjalin hubungan dengan kalangan pemerintah dan komunitas masyarakat lainnya.
Wilayah utara sudah menjadi basis pengembangan agama Islam semenjak berabad-abad lampau ketika para pedagang asal Arab dan Afrika Barat mulai berdatangan ke Ghana. Memang, penyebaran Islam di kawasan ini, berpusat di Ghana kuno pada abad 9 sebagai akibat meningkatnya aktivitas perdagangan antar negara.
Dari sini, Islam lantas diterima luas hingga mencapai wilayah kerajaan Mali dan Songhai. Islam-lah yang membuka jalan munculnya kemajuan di wilayah utara Ghana sekitar abad 15. Terkait hal ini, dua suku utama yakni Mande dan Wangara disebut-sebut dalam catatan sejarah sebagai pihak yang berjasa membawa agama Islam ke wilayah tersebut. Juga di kawasan timur laut, Islam bertumbuh kembang.
Kebanyakan pemeluk Islam di Ghana menganut aliran Sunni mengikuti mazhab Maliki. Sufisme, termasuk perkumpulan tarekat bagi pemurnian ajaran Islam, tidak berkembang di Ghana. Sebaliknya, persaudaraan Tijaniyah dan Qadiriyah menyebar di sejumlah wilayah di sana. Hanya aliran Ahmadiyah, organisasi Syiah yang muncul di India abad 19, tercatat merupakan satu-satunya aliran non-Sunni yang ada.
Meski aktivitas Islam garis keras berkembang di Timur Tengah, Afrika Utara dan juga Nigeria sejak tahun 70-an, namun secara umum hubungan antara penganut Islam dan Kristen di Ghana berjalan cukup harmonis. Dengan berdasarkan arahan dari Dewan Perwakilan Muslim, maka segala permasalahan di bidang sosial, agama, ekonomi dll yang melibatkan umat Islam, akan diselesaikan melalui pembicaraan.
Dewan ini juga bertanggungjawab menyelenggarakan kegiatan ibadah haji ke tanah suci. Meski berprestasi dalam dua hal tadi, akan tetapi dewan belum berhasil pada usahanya meningkatkan kualitas pengajaran di sekolah-sekolah Islam.
Inilah yang mungkin dapat menjelaskan terjadinya jurang perbedaan secara ekonomi dan ilmu pengetahuan antara Muslim dan non Muslim selama ini. Kendati demikian, kalangan Muslim tidak mau berpangku tangan. Secara swadaya mereka tergerak untuk meningkatkan taraf hidup umat dengan mengembangkan sekolah agama, rumah sakit, pusat pelatihan, dan pusat budaya.