REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menjelaskan, pihaknya memiliki tiga upaya untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) secara permanen. Ketiga upaya tersebut diungkapkannya dalam rapat ketja dengan Komisi IV DPR.
Pertama, adalah lewat analisis iklim diiringi dengan langkah pencegahannya. Salah satunya dengan teknologi modifikasi cuaca, yang dinilai efektif dalam meminimalisir kathutla.
"Bagaimana kita memonitor cuaca, bagaimana kita menganalisis, dengan demikian langkah modifikasi cuaca kita lakukan," ujar Siti di ruang rapat Komisi IV, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (8/7).
Kedua, adalah pencegahan lewat pengendalian operasional. Upaya ini akan melibatkan banyak pihak, seperti satuan tugas terpadu, deteksi dini hotspto, aparat penegak hukum, dan masyarakat peduli api.
"Itu kita masih harus melengkapi yaitu dengan langkah penguatan di tingkat tapak, sembari meningkatkan masyarakat peduli api sambil memberikan kesadaran hukum masyarakat," ujar Siti.
Terakhir, adalah upaya lewat pengelolaan landscape titik rawan karhutla. Jika ketiga hal tersebut berhasil, akan menimbulkan dampak positif dalam pencegahan karhutla.
"Kalau ini berhasil baik, maka sebetulnya kita bisa permanen mengatur jadwal untuk mencegah terjadinya karhutla yang signigikan dan luar biasa," ujar Siti.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Ketuhan (KLHK) setidaknya sudah memantau tujuh provinsi prioritas yang menjadi perhatian dalam pencegahan karhutla. Ketujuhnya, yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Pihaknya juga telah memiliki posko terpadu pencegahan karhutla di Sumatera dan Kalimantan. Terdapat 142 posko di Sumatra dan 12 posko di Kalimantan."Jadi ini langkah-langkah operasionalnya, jadi posko desa juga penangan terpadu dan desa-desa sasaran program terpadu," ujar Siti.