REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Australia mungkin akan memperlambat repatriasi warganya dari luar negeri, karena negara itu menghadapi wabah baru Covid-19 yang memicu isolasi negara bagian Victoria.
Perbatasan antara Victoria dan New South Wales ditutup semalam dan sekitar 4,9 penduduk di Melbourne, ibu kota Victoria, akan kembali dibatasi pergerakannya menyusul lonjakan kasus Covid-19.
"Negara bagian lain mengetahui bahwa pengorbanan yang Anda lakukan saat ini bukan hanya untuk diri Anda dan keluarga, tetapi juga untuk masyarakat Australia yang lebih luas," kata Perdana Menteri Scott Morrison dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, Rabu (8/7).
"Saya bisa membayangkan betapa frustasinya (ketika) kita tidak bisa mengendalikan virus seperti itu, tetapi kita memiliki kontrol atas bagaimana meresponsnya," ujar ia melanjutkan.
Morrison mengatakan akan mengajukan proposal ke kabinet nasional pada Jumat (10/7). Proposal itu dibuat untuk menangani pandemi dan berupaya memperlambat kembalinya warga negara Australia dan penduduk tetap dengan mengurangi jumlah penerbangan repatriasi.
Kedua kelompok itu telah menjadi satu-satunya kedatangan yang diizinkan sejak Australia menutup perbatasan internasionalnya pada Maret. Ada kekhawatiran publik yang berkembang di Australia tentang penyimpangan keamanan yang menyebabkan para migran yang kembali menyebarkan virus, meskipun melakukan karantina pada saat kedatangan.
Victoria telah memulai penyelidikan tentang bagaimana negara itu beralih dari tepi pemberantasan virus ke peningkatan angka infeksi. Negara bagian itu melaporkan 134 infeksi baru dalam 24 jam hingga Rabu pagi, turun dari rekor hari sebelumnya 191 kasus tetapi jauh melebihi kenaikan harian satu digit yang rendah dari negara bagian dan teritori lain.
Dari kasus-kasus baru, 75 adalah penghuni sembilan menara perumahan umum yang awal pekan ini diharuskan mematuhi penguncian ketat negara sejauh ini. Sekitar 3.000 warga telah dilarang meninggalkan bangunan yang dijaga polisi selama lima hari.