REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Rusia dan China memveto resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang akan memperpanjang persetujuan pengiriman bantuan ke Suriah dari Turki selama satu tahun, Selasa (7/7). Padahal, PBB telah memperingatkan bahwa kehidupan warga sipil Suriah tergantung pada akses lintas perbatasan.
Operasi lebih dari enam tahun ini disahkan dengan 13 anggota dewan yang tersisa memberikan suara mendukung resolusi yang dirancang oleh Jerman dan Belgia pada Jumat (10/7). Saat ini DK PBB akan melakukan pemungutan suara untuk veto yang diajukan Rusia.
Veto ini hanya akan menyetujui satu penyeberangan dari Turki untuk akses bantuan selama enam bulan. Selama pandemi virus corona, DK PBB telah beroperasi secara virtual, yang berarti para anggota memiliki 24 jam untuk memberikan suara pada rancangan resolusi.
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, mengatakan akses lintas perbatasan merupakan hal vital bagi kesejahteraan warga sipil di Suriah barat laut. "Hidup tergantung padanya," ujarnya pada Selasa.
DK PBB pada Januari mengizinkan operasi bantuan lintas-perbatasan untuk melanjutkan menggunakan dua penyeberangan dari Turki selama enam bulan. Namun, lembaga ini memutus titik penyeberangan dari Irak dan Yordania karena ditentang oleh sekutu Suriah, Rusia dan China.
Bulan lalu Jerman dan Belgia mengusulkan pembukaan kembali penyeberangan Irak selama enam bulan untuk membantu Suriah memerangi virus corona. Hanya saja, upaya itu digagalkan dari rancangan resolusi yang dipungut suara pada Selasa, karena agi-lagi ditentang oleh Rusia dan China.
PBB melaporkan, otoritas pemerintah Suriah telah mengkonfirmasi lebih dari 250 kasus virus korona, termasuk sembilan kematian. Diplomat Barat mengatakan, penutupan perbatasan Irak memotong 40 persen bantuan medis ke Suriah timur laut.
Sebelum veto pada Selasa, Desember tahun lalu, Rusia dan Cina sudah mengeluarkan memveto draft pengajuan untuk mengizinkan titik persimpangan dari Irak dan Turki selama satu tahun. Sebuah resolusi membutuhkan sembilan suara yang mendukung dan tidak ada veto oleh Rusia, Cina, Amerika Serikat, Prancis atau Inggris agar dapat lolos.
Sebuah tindakan keras oleh Presiden Suriah, Bashar al-Assad, pada demonstran pro-demokrasi pada 2011 menyebabkan perang saudara. Moskow mendukung Assad dan Washington mendukung oposisi. Jutaan orang telah meninggalkan Suriah dan jutaan lainnya terlantar secara internal.